Kupang (Antaranews Kalbar) - Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Nusa Tenggara Timur Abed Frans mengatakan, fenomena penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang belakangan marak melanda provinsi setempat sangat sensitif bagi wisatawan asing dari Eropa dan Amerika.
"Fenomena DBD memang sangat sensitif bagi wisatawan terutama dari Eropa dan Amerika, mereka paling takut dengan srangan nyamuk DBD," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat.
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan fenomena penyakit DBD yang mulai marak menyerang sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dinas Kesehatan Provinsi NTT mencatat jumlah kasus DBD di provinsi berbasiskan kepulauan ini hingga hari ini (Jumat, 1/2/2019) telah mencapai sebanyak 1.337 orang.
Baca juga: Masyarakat Sintang diminta waspada DBD
Baca juga: Kasus DBD di Kayong Utara meningkat
Tiga daerah di antaranya sudah ditetapkan berstatus kejadian luar biasa (KLB) yaitu Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 321 kasus, Kota Kupang 245 kasus dan Kabupaten Sumba Timur 156 kasus.
Menurut Abed, penularan penyakit DBD di daerah merupakan isu yang sensitif bagi wisatawan terutama mancanegara yang relatif sangat peduli terhadap jaminan kesehatan dan keselamatannya.
Ia mengatakan, hingga saat ini belum ada pembatalan atau penundaan kunjungan wisatawan asing, namun ia berharap pemerintah daerah segera menanganinya.
Baca juga: Singkawang gencar antisipasi kasus DBD
Baca juga: Kapuas Hulu capai 100 kasus DBD
"Apalagi ini terjadi di daerah tujuan wisata unggulan seperti Labuan Bajo, Manggarai Barat, kita berharap Pemda bergerak cepat mengatasinya," katanya.
Tidak hanya Manggarai Barat, lanjutnya, namun kasus DBD di berbagai daerah lain di provinsi setempat juga perlu segera ditangani pemerintahnya karena masing-masing daerah juga memiliki objek wisata unggulan.
"Kita berharap status KLB DBD ini tidak sampai ke tingkat provinsi sehingga tidak sampai pada dikeluarkannya "travel warning" yang tentu akan berdampak pada berkurangnya kunjungan wisatawan," katanya.