Pontianak (ANTARA) - Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah yang akan mulai beroperasi secara resmi akhir tahun 2020 merupakan peluang sekaligus tantangan bagi UMKM Kalbar dalam menembus pasar global.
"Pemerintah pusat sudah berkomitmen bahwa Kijing akan menjadi pelabuhan terbesar di Pulau Kalimantan, ini artinya Kalbar punya potensi untuk tumbuh jauh lebih baik lagi ke depan," ujar Kepala Perum LKBN Antara Biro Kalbar, Teguh Imam Wibowo di Pontianak, Jumat.
Tidak hanya Kijing, Kalbar juga mempunyai Pintu Lintas Batas Negara (PLBN) sebanyak tiga lokasi dan akan terus ditambah menjadi lima lokasi secara keseluruhan.
Dari sisi geografis, akses keluar masuk barang melalui Kijing akan mudah menjangkau pasar ekspor regional maupun global.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ada tiga negara yang menjadi tujuan terbesar pasar ekspor produk Kalbar yakni China, Malaysia dan India.
Total nilai ekspor ke negara tersebut masing-masing yakni 333,15 miliar USD, 71,23 miliar USD dan 59,22 miliar USD. Sedangkan ekspor pada Januari-Juni 2020 mencapai 551,62 miliar USD atau naik 0,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai 548,06 miliar USD.
Negara lain tujuan ekspor produk dari Kalbar adalah Jepang, Thailand Korea Selatan, Vietnam, Turki dan Argentina. "Semua negara ini relatif dekat untuk dijangkau dari Kijing dibanding pelabuhan lain di Jawa misalnya," ujar dia.
Adapun 10 golongan barang yang diekspor dari Kalbar mencakup bijih, kerak dan abu logam, bahan kimia anorganik, karet dan barang dari karet, buah-buahan, kayu dan barang kayu, ampas, sisa makanan, tembakau, kopi, teh dan rempah-rempah, berbagai makanan olahan.
"Seharusnya, volume dan jenis ekspor barang dari Kalbar tersebut masih bisa tumbuh lagi apabila pelaku usaha pelaku usaha UMKM lebih serius menggarap industri hulu dan hilirnya," kata dia.
Namun di sisi lain, belum banyak pelaku bisnis yang memahami agar produk bisa terjual ke luar negeri mesti memiliki sertifikat merek terlebih dahulu dengan tujuan terlindungi di negara tujuan. "Tanpa sertifikat merek, produk kita akan dijiplak dan otomatis pebisnis tidak mendapatkan nilai tambah lebih," kata dia.
Oleh karena itu, sertifikat merek menjadi salah satu elemen penting pebisnis supaya tembus pasar global. "Atas pentingnya pendaftaran merek itu, kami dari Perum LKBN Antara dan BNI melalui Rumah Kreatif BUMN ingin menyelenggarakan webinar mengenai pentingnya sertifikat merek bagi UMKM menuju pasar global," kata dia.
Kegiatan tersebut akan berlangsung secara daring pada Sabtu, tanggal 26 September 2020 mulai pukul 13.00 WIB. Webinar melalui aplikasi ZOOM. Peserta dapat mendaftar melalui link pendaftaran : https://tinyurl.com/y2bsg8x7
Narasumber kegiatan diantaranya Head of Network and Services HONS BNI Kalbar Kartiko Sri Wijayanto, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kalbar Ansfridus J Andjioe.
"Yang menarik, kami juga menghadirkan Benny Muliawan, seorang konsultan kekayaan intelektual, yang juga founder dan Direktur BNL Patent, pemegang rekor MURI sebagai konsultan kekayaan intelektual Indonesia pertama pendaftar merek internasional melalui mekanisme Protokol Madrid," ujar Teguh.
Melalui diskusi tersebut, peserta diharapkan dapat memahami bahwa merek tidak hanya penting dari sisi menarik minat konsumen, tetapi juga secara hukum dan peluang ekonomi. "Benny akan banyak bercerita tentang keuntungan setelah merek ini mendapat pengakuan secara internasional," ujar dia.
Sementara Kartiko Sri Wijayanto menegaskan bahwa BNI sangat mendukung UMKM di Kalbar untuk terus tumbuh dan berkembang serta menembus pasar global. "Kegiatan ini hanya salah satu bentuk dukungan BNI, nantinya akan ada berbagai kegiatan lain yang akan mendukung UMKM di Kalbar," kata Kartiko.
Dalam kegiatan yang juga didukung oleh PT Telkom Witel Kalbar akan diikuti dari Rumah Kreatif BUMN binaan BNI yang mencakup wilayah Kalimantan Barat, pelaku dan pegiat UMKM dan juga mahasiswa.
BNI - ANTARA webinar pentingnya sertifikasi merek bagi UMKM menembus pasar global
Jumat, 25 September 2020 20:38 WIB