Pontianak (ANTARA) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Kalbar, Agus Chusaini memproyeksikan ekonomi Kalbar pada 2021 akan bangkit dan bisa tumbuh mencapai 2,5 persen.
“Pada tahun ini di mulai triwulan pertama hingga ke dua ekonomi Kalbar terkoreksi. Namun memasuki triwulan III mulai membaik dan kita prediksikan triwulan IV serta 2021 mendatang lebih tinggi dan bangkit dari dampak wabah COVID-19 yang melanda sejak Maret 2020,” ujarnya saat pertemuan tahunan BI di Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan peluang ekonomi Kalbar bangkit dan tumbuh karena akan didorong akan beroperasinya Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah. Kemudian ada pemesanan vaksinasi COVID-19 sehingga menambah keyakinan virus bisa dikendalikan.
“Kemudian program pemulihan ekonomi nasional yang saat tengah berjalan dan akan berlanjut hingga tahun depan juga memberikan kontribusi dalam mendongkrak ekonomi Kalbar,” kata dia.
Ia menambahkan stimulus fasilitas kredit diperpanjang dan kebijakan BI sendiri menjaga likuiditas semakin diperkuat.
“Belum lagi ekonomi digital saat ini terus didorong dan berkembang. UMKM dengan ekonomi digital memiliki peluang dan peranan besar untuk ekonomi Kalbar,” jelas dia.
Pada sisi lainnya, dalam mencapai pertumbuhan ekonomi positif sejumlah tantangan tetap hadir dan perlu dimaksimalkan dalam memberikan solusi.
“Tantangan ke depan yakni masih soal COVID-19 yang masih terjadi dan itu perlu perhatian. Kemudian melambatnya volume perdagangan komoditas unggulan Kalbar yakni karet dan kelapa sawit. Belum lagi soal pengaruh cuaca,” kata dia.
Sementara untuk evaluasi kinerja industri keuangan 2020 ini menurutnya mulai triwulan III 2020 semakin membaik pula tercermin dengan pertumbuhan sebesar 4,09 persen.
“Dari sisi perkembangan stabilitas sistem keuangan untuk dana pihak ketiga masih tumbuh 9,79 persen, kredit 3,34 persen dan kredit macet terkendali hanya 1,64 persen,” jelas dia.
Ia menyebutkan untuk inflasi di Kalbar juga terkendali untuk periode Januari – Novermber 2020 sebesar 2,04 persen.
“Inflasi tidak terlepas dari peran TPID dan bahkan kita mendapat penghargaan terbaik 1 di Kalimantan. Ke depan ini yang terus kita maksimalkan sehingga akhir tahun 2020 ini inflasi masih di koridor yang ada 3 plus-minus 1 persen,” jelas dia.
Dari sisi kinerja perdagangan, Kalbar dari Januari – Oktober 2020 masih surplus sebesar 1,37 miliar dolar AS.
“Sektor pertambangan dengan komoditas bauksit dan alumina menjadi penyumbang terbesar ekspor Kalbar itu sendiri. Untuk impor sebagian besar untuk belanja modal sehingga harapnya terus mendorong pertumbuhan ekonomi Kalbar,” katanya.