Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Irfan Wahyudi menyarankan Anda membatasi pola makan tinggi protein atau garam serta asupan cairan anak pada malam hari.
"Perbaikan gaya hidup yang dapat dilakukan yakni menghindari konsumsi cairan berlebih pada malam hari, memastikan konsumsi cairan yang cukup sepanjang hari, menghindari diet tinggi protein, garam pada malam hari (karena menginduksi diuresis)," kata dia dalam konferensi pers virtual, Jumat.
Ingatkan anak untuk berkemih sebelum tidur dengan posisi buang air kecil yang baik dan benar, serta memberi penghargaan jika anak tidak mengompol.
Selain itu, ada juga terapi yang dianjurkan salah satunya terapi alarm yang memungkinkan alarm berbunyi dan membuat anak terbangun lalu pergi ke kamar mandi saat celana anak basah akibat mengompol.
Terapi dengan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen ini dilakukan selama 2-3 bulan atau sampai anak bebas mengompol selama 14 hari. Angka kekambuhan usai anak menerapkan terapi alarm dikatakan cukup rendah.
"Tentunya peran orang tua sangat penting pada terapi ini. Terapi dianggap berhasil jika anak tidak mengompol selama 1 bulan tanpa pemaikaian alarm, dan kebanyakan akan membuahkan hasil yang baik setelah 3-4 bulan terapi," tutur Irfan.
Irfan mengatakan, selain terapi alarm, masih ada pilihan lain antara lain uroterapi, diuretik, antikolonergik hingga penggunaan obat seperti desmopressin untuk mengatasi anak mengompol pada malam hari.
Cara kerja desmopressin yakni dengan mengurangi produksi urin ke tingkat normal pada malam hari. Jika terapi awal menunjukkan perbaikan maka dilanjutkan hingga 3 bulan, tetapi jika tidak ada perbaikan maka dokter bisa menambahkan dosisnya.
"Terapi yang dilakukan perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasari pasien seperti pemantauan perawatan memainkan peran yang penting untuk keberhasilannya," kata dia.