Pontianak (ANTARA) - Kepala BPH Migas periode 2017-2021 M Fanshurullah Asa menyarankan perlunya penguatan lembaga tersebut guna menghadapi era VUCA yaitu volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas) termasuk dari sisi ketahanan energi suatu negara.
Menurut dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa, diantaranya dalam pengelolaan sektor hilir migas agar pemanfaatannya demi kemajuan bangsa Indonesia menjadi lebih baik.
Ia pun menuangkan beragam pemikiran berbekal pengalaman hampir 30 tahun di sektor migas dan hampir 10 tahun menjadi Komite dan Kepala BPH Migas melalui dua buah buku "Energi untuk Kemandirian" dan "Talang Emas Hilir Migas".
"Saya siap jika nanti ada kajian-kajian atau diskusi tentang migas, energi yang dapat dipertanggungjawabkan secara intelektual berbasis data, dialektika kritis untuk menatap Indonesia kedepan yang lebih baik di sektor energi kita,” kata dia.
Secara rinci, isi buku yang berjudul 'Energi untuk Kemandirian' berisi refleksi 10 tahun berkiprah sebagai Komite BPH Migas, juga sebagai Kepala BPH Migas dengan pengalaman hampir 30 tahun di sektor migas. Sementara buku berjudul 'Talang Emas Hilir Migas' berisi testimoni para tokoh nasional terhadap sosok Ifan, panggilan akrabnya.
Launching kedua buku tersebut dilaksanakan pada hari Jumat (30/07/21) secara hybrid, offline dan online (virtual) dihadiri oleh para tokoh nasional diantaranya Dr. Ir. Akbar Tandjung (Ketua DPR RI Periode 1999-2004), Ketua BPK RI Dr. Agung Firman Sampurna, CSFA., CFrA., CGCAE., QGIA., pendiri INDEF sekaligis guru besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, Anggota Komisi VII DPRRI Ir. Ridwan Hisjam dan Dr. Andi Yuliani Paris.
Kemudian Ketua Komite III DPD RI Prof Dr Sylviana Murni SH. Msi, Para Direksi Badan Usaha dibidang Hilir Migas dan Stakeholders BPH Migas, para anggota Komite BPH Migas periode 2017-2021 dan periode sebelumnya. Hadir secara virtual Menteri ESDM periode 2016-2019 Ignasius Jonan, Kepala BPH Migas 2 periode (2003-2011)Dr. Tubagus Haryono, MM., para Rektor Universitas yang telah bekerjasama dengam BPH Migas, Mahasiswa, para wartawan media cetak maupun elektronik.
Dr Ir Akbar Tandjung sebagai Keynote speaker dalam launching buku tersebut mengungkapkan Indonesia pernah menjadi penghasil minyak bahkan menjadi anggota OPEC tapi harus diakui saat ini tidak lagi, produksi jauh menurun.
Saat ini, apalagi COVID-19 semakin menjadikan perekonomian sulit, karena itu perlu dipikirkan strategi yang tepat mengatasi kondisi kedepannya. "Tapi saya bangga dengan adinda Ifan, pertama dia aktivis organisasi yang saya pernah memimpinnya, Himpunan Mahasiswa Islam, yang kedua saya bangga karena adinda Ifan juga alumni S-2 dan S-3 Fakultas Teknik UI, fakultas saya. Tentu saja dengan pengalaman organisasi yang cukup waktu muda dan pengetahuan bidang energi membuatnya mampu bekerja dengan baik, saya berharap kedepannya juga mendapatkan peran-peran penting," ujar Akbar Tandjung.
Semoga BPH Migas kedepan, lanjutnya, juga akan semakin berperan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Kepala BPK RI Dr Agung Firman Sampurna, SE, MSi dalam sambutannya menyampaikan bahwa penting dilihat terkait peran dan fungsi BPH Migas soal energi. "Saat bicara energi, kita dihadapkan tentang ketahanan energi, kemandirian energi dan kedaulatan energi. Ketiga hal ini memiliki pengertian berbeda baik dalam hal substansi maupun dalam konteks obyektif dan perumusan serta implementasi dari konsepsi kebijakan untuk mewujudkannya, tetapi sering kali dicampur adukkan," ujar dia.
Secara definitif sesungguhnya konsep ketahanan energi /energy resilience kurang lebih terkait setidaknya 4 hal yaitu Availability atau ketersediaan dengan adanya indikator sumber pasokan, affordability atau kemampuan untuk membeli, daya beli terkait kemampuan pendapatan nasional perkapita, accessibility atau adanya akses bagi pengguna untuk menggerakkan roda perekonomian, dan sustainability atau kesinambungan, bertahan jangka panjang.
Lanjutnya, kemandirian energi adalah kemampuan suatu negara untuk memanfaatkan semua potensi yang dimiliki, baik potensi keanekaragaman energi, potensi SDM, sosial, ekonomi dan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan energinya serta kedaulatan energi yang artinya hak negara dan bangsa dalam menentukan kebijakan energi untuk mencapai ketahanan dan kemandirian energi.
Terkait ruang lingkup BPH Migas, buku Energi untuk Kemandirian, lebih tepat terkait ketahanan energi. Ketahanan energi merupakan syarat untuk bisa ada kemandirian energi. "Jika ketahanan dan kemandirian energi bisa dicapai, maka kita akan memiliki kedaulatan energi. Karena itu peranan BPH Migas menjadi strategis dan sangat vital," kata dia.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan Fanshurullah Asa memiliki beberapa kesamaan dengan dia, pertama sama-sama kekerabatan sebagai aktivis. Yang kedua, salah satu yang penting adalah merespon situasi dan dalam kondisi saat ini kita sama-sama punya masalah dan keterbatasan fiskal dan lain-lain, ditambah lagi dunia ini mengalami era VUCA yaitu volatility (volatilitas), uncertainty (ketidakpastian), complexity (kompleksitas), dan ambiguity (ambiguitas) dan era yang penuh ketidakpastian ini harus dihadapi dengan tata kelola yang memadai.
"Kalau kita bicara negara, negara bisa tidak memiliki sumber daya energi tertentu, tetapi bisa saja memiliki cadangan penyangga energi yang memadai, harga dapat dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri untuk menggerakkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya, contohnya Jepang. Jepang tidak punya minyak tetapi punya ketahanan energi yang sangat kuat. Hal ini dapat dicapai jika memiliki regulator pengatur yang berfungsi secara efektif," ungkap Agung Firman.
Untuk itu, ada tiga hal utama, tata kelola harus dibangun accountable, berorientasi kinerja /performance, harus ada inovasi /terobosan.
Perlu dicatat pula inovasi adalah terobosan yang tidak harus menabrak/bertentangan dengan aturan. "Dan saya sampaikan apresiasi BPH Migas bisa buktikan sejauh ini banyak terobosan inovasi yang tidak menabrak aturan. BBM Satu Harga, menjembatani masalah-masalah terkait dengan akses BBM di daerah 3T. Selain itu secara Komite terus melakukan adaptasi yang dinamis, dengan berbagai masalah dan keterbatasan yang dihadapi," kata Agung Firman.
Mengakhiri sambutan, ia mengutip teori Charles Darwin "bukan yang kuat, tetapi yang beradaptasilah yang bisa survive".
Fanshurullah : Perkuat BPH Migas di era VUCA
Rabu, 4 Agustus 2021 14:19 WIB