Jakarta (ANTARA) - Dalam beberapa tahun terakhir tren makanan berbasis sayuran hingga inovasi mengganti daging dengan sayur berkembang di Indonesia.
Sebenarnya tidak hanya di Indonesia, tren ini juga ikut berkembang secara global.
Baca juga: Jurnalis Kalbar Lomba Habiskan Monster Burger
Biasanya produk- produk olahan sayur yang diubah menjadi pengganti dari daging itu sering ditemui dalam kemasan frozen pack untuk kemudian bisa dibeli oleh masyarakat dan dikonsumsi.
Kali ini secara menarik dan unik, kembali dunia kuliner diberi kejutan dengan kehadiran burger vegetarian yang dibuat dari 3D printer.
Dikutip dari Reuters, Rabu, burger vegetarian yang dibuat menggunakan 3D printer itu dikembangkan oleh perusahaan teknologi makanan bernama SavorEat.
Baca juga: Cara memasak steak lezat di rumah saja ala Devina Hermawan
Saat ini perusahaan itu baru beroperasi di Israel dan mengembangkan teknologi 3D printer untuk bisa menghadirkan burger vegetarian bagi setiap pelanggan sesuai keinginannya.
Alih- alih mengisi printer dengan tinta, SavorEat mengganti posisi tinta dengan bahan- bahan makanan seperti minyak, pasta kentang, kacang polong, hingga buncis untuk menghadirkan burger vegetarian itu.
Pelanggan yang membeli burger dari SavorEat dapat memilih sendiri kandungan minyak dan protein yang mereka inginkan untuk burgernya.
Baca juga: Delapan makanan yang dapat ceriakan suasana tubuh
Setelah pelanggan selesai memilih, 3D printer pun mulai bekerja “memasak” burgernya selama kurang lebih enam menit lamanya.
"Ini adalah campuran inovasi alternatif daging dan manufaktur digital, lewat car aini kami juga bisa memasak produk," ujar Kepala Eksekutif SavorEat Racheli Vizman.
Secara global, permintaan kehadiran daging alternatif terus meningkat seiring kesadaran pada kesehatan dan lingkungan meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Pasien COVID-19 dengan gangguan penciuman perlu modifikasi makanan
Cukup banyak startup bertebaran secara global menghadirkan produk protein alternatif pengganti daging dan telah meraup sebesar 3 miliar dolar AS pada 2020.
"Ada segmen yang berkembang dari orang yang disebut 'flexiterian' - orang yang secara aktif mencoba mencari alternatif daging untuk mengurangi konsumsi daging mereka," kata Vizman.