Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Kota Pontianak, Kalimantan Barat terus mengemas Perayaan Hari "Bakcang" yang menjadi tradisi tahunan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia termasuk di kota itu menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Pontianak.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Jumat, mengatakan, Perayaan Hari Bakcang ini turut memperkaya khasanah budaya yang ada di Kota Pontianak, sehingga apabila dikemas lebih baik lagi, maka bisa menjadi daya tarik wisatawan, baik domestik maupun asing.
Dia menjelaskan, Bakcang merupakan makanan tradisional masyarakat Tionghoa dan memiliki Hari Bakcang tersendiri. Makanan dari beras ketan yang diisi daging atau ayam cincang berbumbu ini pertama kali muncul pada zaman Dinasti Zhou.
Menurut legenda, Bakcang dibuat karena simpati rakyat kepada Qu Yuan yang bunuh diri dengan cara melompat ke sungai Miluo. Saat itu masyarakat melemparkan Bakcang ke sungai dengan maksud agar binatang air tidak memakan jasad Qu Yuan dan beralih menyantap bakcang yang dilemparkan.
Di Kota Pontianak, perayaan Hari Bakcang digelar oleh Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kota Pontianak di atas kapal wisata tepian Sungai Kapuas, yang juga ditandai dengan melempar Bakcang ke Sungai Kapuas atau sungai terpanjang di Indonesia.
"Jadi kalau perayaan Bakcang di sini mampu menjadi magnet bagi wisatawan asing seperti dari Taiwan, Hongkong dan lainnya, mereka yang berasal dari negara lain membuang akcangnya di Pontianak, bukan di Sungai Yangtze atau Sungai Kuning yang ada di Tiongkok," ujarnya.
Oleh sebab itu, ia mengapresiasi dan mendukung siapapun warga Kota Pontianak yang ingin melestarikan adat dan budayanya selama itu memberikan nilai kearifan lokal yang baik. Selain bernilai budaya, perayaan tradisi tersebut juga bernilai wisata.
"Nanti kita akan kaji apakah memungkinkan untuk masuk dalam agenda tahunan pariwisata Kota Pontianak, harus kita koordinasikan dulu," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Perayaan Hari Bakcang, Adi Sucipto menuturkan, Perayaan Hari Bakcang ini diprakarsai oleh DPD MABT Kota Pontianak. Melalui perayaan ini, para generasi muda, khususnya kalangan Tionghoa, tetap ingat tradisi budaya leluhurnya.
Apalagi melihat perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat mempengaruhi kehidupan adat dan tradisi yang sudah turun-temurun sehingga sedikit demi sedikit mulai dilupakan, katanya.
"Generasi muda sekarang ini hanya tahu setiap Perayaan Hari Bakcang identik dengan memakan Bakcang tanpa tahu latar belakang dibalik Perayaan Bakcang itu sendiri," ujarnya.
Rudy Leonard, Budayawan Tionghoa, menjelaskan, Perayaan Hari Bakcang berasal dari Tiongkok yang usianya sudah mencapai 2.300 tahun, yang digelar setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek. Secara umum perayaan Hari Bakcang adalah dengan memakan Bakcang, selain itu, juga ada tradisi mandi tengah hari.
"Di mana pun orang Tionghoa berada, mereka akan merayakan hari Bakcang pada hari tepatnya bulan 5 tanggal 5 dan bertepatan pertengahan hari," katanya.