Melawi (ANTARA) - Jelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2022, Kapolres Melawi AKBP Sigit Eliyanto Nurharjanto memimpin langsung kegiatan bakti sosial (Baksos) membersihkan makam Pahlawan Nasional Abdul Kadir yang terletak di Desa Tekelak Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi Kalimantan Barat.
Kapolres Melawi mengatakan, kegiatan baksos itu di ikuti jajaran Pemda Melawi, masyarakat dan anggota TNI.
“Keterlibatan semua pihak itu menandakan adanya kebersamaan di Malawi yang sudah cukup baik, terutama TNI-Polri di Melawi ini memang dilakukan untuk terus menjaga dan memupuk sinergitas dan kekompakan dalam setiap kegiatan kemasyarakatan seperti yang dilakukan kali ini di kegiatan baksos,” kata Kapolres Melawi AKBP Sigit Eliyanto Nurharjanto di Melawi, Rabu.
Kapolres Melawi mengatakan, kegiatan bakti sosial tersebut merupakan salah satu bentuk penghargaan serta mengingat atas jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur berkorban untuk bangsa dan negara serta mempertebal nilai-nilai perjuangan.
"Kami mengucapkan terima kasih atas antusias masyarakat dalam membantu membersihkan kompleks makam pahlawan Raden Temenggung Setia Pahlawan," ujar Kapolres Melawi.
Sementara itu, perlu di ketahui Abdul Kadir yang lahir di Sintang pada tahun 1771 dan meninggal dunia pada tahun 1875 itu memiliki gelar Raden Temenggung Setia Pahlawan . Dan, dalam catatan sejarah Abdul Kadir pada tahun 1845 diangkat sebagai Kepala Pemerintahan Melawi dimana Melawi saat itu merupakan bagian dari pemerintahan Kerajaan Sintang. Sebagai pejabat kerajaan Abdul Kadir mendapat Raden Temenggung.
Dianugerahkan sebagai pahlawan nasional, Abdul Kadir merupakan tokoh di Melawi yang mampu mempersatukan suku-suku Dayak dan Melayu, selain mampu mengembangkan potensi ekonomi di Melawi, Abdul Kadir juga sejak tahun 1820 mampu menghimpun masyarakat Melawi untuk melawan penjajahan Belanda, dengan membentuk kesatuan-kesatuan bersenjata hingga pecah pertempuran dengan pasukan penjajahan Belanda di tahun 1868 di wilayah Melawi
Strategi peran ganda yang dilakukan Abdul Kadir selama tahun 1868-1875 itu membuat penjajah Belanda marah dan mengerahkan pasukannya untuk menangkap Abdul Kadir. Dengan berbagai cara akhirnya Abdul Kadir diusianya 104 tahun berhasil di tangkap dan di penjarakan penjajah Belanda di Benteng Saka Dua di Nanga Pinoh. Kemudian tiga minggu berselang beliau meninggal dunia.
Abdul Kadir bergelar Raden Temenggung Setia Pahlawan itu dianugerahkan oleh pemerintah Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 13 Oktober 1999.