Aruk, Sambas (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sambas Kalimantan Barat mengharapkan ada regulasi ekspor untuk kelapa sawit hasil perkebunan yang sangat melimpah di kabupaten tersebut dapat langsung diekspor ke Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk.
"Sambas merupakan wilayah perbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia, tentunya mendapat dampak yang sangat signifikan dengan di bangunnya PLBN Aruk terutama dalam hal meningkatkan ekonomi," kata Kepala Dinas Koperasi, UMK, Perindustrian dan Perdagangan Sambas, Hermanto usai mengikuti kegiatan Bincang Santai Tapi Bermakna yang diinisiasi KJRI Kuching di PLBN Aruk, Sambas, Kalbar, Minggu.
Kegiatan Bincang Santai Tapi Bermakna itu juga mengundang calon investor dari Sarawak Malaysia, guna dipertemukan dengan pemerintah kabupaten dan para pengusaha lokal di kawasan perbatasan tersebut.
Untuk lebih mengoptimalkan fungsi PLBN Aruk selain aktivitas ekonomi yang sudah dilakukan saat ini, sehingga akan berdampak pada meningkatnya ekonomi terutama pemasukan daerah, perlu dorong agar hasil perkebunan kelapa sawit juga dapat diekspor langsung ke Sarawak Malaysia melalui PLBN Aruk.
Hermanto mengatakan, dengan fasilitas seperti PLBN Aruk, tentu pemerintah pusat selain menginginkan wilayah perbatasan ini menjadi teras depan wilayah NKRI. Pemerintah juga menginginkan keberadaan PLBN Aruk beserta wilayah sekitarnya khususnya Kabupaten Sambas semakin berkembang dan maju, baik kemajuan ekonomi maupun pembangunan.
"Seyogyanya dengan adanya PLBN Aruk ini kemajuan Kabupaten Sambas dapat bergerak cepat. Apalagi Sambas memiliki banyak potensi besar hasil alam terutama hasil pertanian dan perkebunan salah satunya kelapa sawit," katanya.
Dia menambahkan, Sambas juga memiliki hasil pertanian hortikultura, hasil kerajinan, hasil perikanan dan banyak lainnya. Namun satu persoalan yang terjadi dalam praktek di perbatasan terutama melalui PLBN Aruk ini. Dimana perdagangan yang dilakukan saat ini hanya bersifat semi tradisional," kata Hermanto.
Ia menjelaskan, pada saat ekspor yang dilakukan di perbatasan ini antara pedagang dari kedua belah pihak Indonesia-Malaysia hanya bertemu di titik nol.
"Kalau menurut saya seharusnya kegiatan ekspor yang kita lakukan tidak seperti itu, dan itu perlu lagi ditingkatkan tidak sekadar saja. Namun tentunya perlu didukung dengan peningkatan fungsi PLBN serta regulasi dari pemerintah kedua negara baik Indonesia maupun Malaysia," kata Hermanto.
Kepala PLBN Aruk Purwanto, sebelumnya menyatakan saat ini per hari kegiatan perdagangan di PLBN Aruk baru mencapai Rp200 juta per hari.
Dia mengatakan, hasil ini memang perlu diapresiasi bersama, karena dengan segala kendala yang ada saat ini hasil kegiatan perdagangan di PLBN Aruk bisa mencapai Rp200 juta per hari.
"Tapi ini masih kita anggap kecil dan lagi ditingkatkan baik dari regulasi, sarana dan prasaran serta SDM tentunya. Bukan tidak mungkin kemajuan akan semakin kita dapatkan, bila seluruh potensi hasil alam, kerajinan, pertanian, perkebunan serta tak kalah indahnya potensi pariwisata di Aruk dan Sambas umumnya juga wilayah Kalbar lainnya dapat terus diperdagangkan ke Sarawak Malaysia," ujarnya.
Terkait hasil perkebunan kepala sawit, Hermanto memaparkan saat ini di Kabupaten Sambas banyak perusahaan sawit yaitu sekitar 30 perusahaan dan di antaranya mendirikan delapan pabrik CPO, dan dalam tahun ini akan dibangun lagi dua pabrik CPO.
"Alangkah indahnya bila CPO ini dapat diekspor langsung melalui PLBN Aruk. Dan saya yakin bila ini terwujud maka dampak positif akan dirasakan baik itu oleh masyarakat, petani sawit maupun pemerintah Kabupaten Sambas," kata dia.
Dia menyatakan, mewakili Pemerintah Kabupaten Sambas sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan BSTB yang dilakukan oleh KJRI Kuching dalam upaya kemajuan ekonomi masyarakat perbatasan ini.