"Di tahun ini 2023 itu di bidang saya ada dana dari DAU dari APBD kabupaten Rp600 juta. Bentuknya Rp400 juta untuk pembelian susu ini ada susu ibu hamil dan susu bayi/balita, terdengar besar anggaran tersebut tapi kalau diubah jadi susu kecil nilainya," kata Kepala Bidang Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Efrizal Fariandi, di Sukadana, Senin.
Dalam pemberian bantuan susu tersebut menurutnya ditujukan bagi bayi dan ibu yang menyusui yang diduga mengalami stunting sehingga perlu penanganan khusus untuk perbaikan gizinya.
"Yang mendapatkan susu memiliki klasifikasi sendiri seperti khusus bayi yang kurus itu bisa dibantu dengan susu. Terus kalau ibu hamil itu yang kita berikan yang KEK atau yang lingkar lengannya di bawah 23,5 cm atau ibu hamil yang kurus. Sedangkan ibu hamil yang sehat tidak kita berikan susunya," kata dia.
Sedangkan untuk Rp200 juta untuk operasional center pemulihan gizi buruk yang dipusatkan di Puskesmas Sukadana.
"Kalau gizi buruk bisa 2,3 bulan penanganannya baik pasien dan yang menjaga kita perhatikan. Tahun lalu pertengahan tahun saja sudah habis anggarannya. Alhamdulillah tahun ini ditambah hingga Rp200 juta," katanya.
Selain itu juga menurutnya, bidangnya mendapatkan anggaran dari DAK sebesar Rp1,2 miliar yang dialokasikan ke setiap puskesmas dengan anggaran yang variatif.
"Yang digunakan untuk khusus pemberian makanan tambahan lokal BMT lokal yang langsung diserahkan oleh ke kader posyandu bayi dan balita yang stunting," katanya.
Namun menurutnya, juknis penggunaan anggarannya baru keluar saat ini, sehingga baru bisa didistribusikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kayong Utara.
Presiden telah mengeluarkan Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan penurunan stunting dimana dalam penanganan tersebut tidak hanya oleh Kemenkes tapi terkait kerja sama lintas program lintas sektor dan lintas kementerian yang ada.
Baca juga: Kayong Utara targetkan penurunan stunting 14 persen pada 2024
Baca juga: Duta Genre KKU harus jadi garda terdepan penanganan stunting