Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Budi Herawan menyatakan industri asuransi Indonesia sedang mengalami transformasi signifikan yang didorong digitalisasi untuk menyediakan produk asuransi terjangkau dan mudah diakses oleh nasabah.
“InsurTech (Insurance Technology/penerapan teknologi dalam berbagai aspek industri asuransi) di Indonesia diperkirakan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2021-2026 dan mencapai jumlah premi bruto bernilai miliaran dolar. Hal ini didorong oleh meningkatnya kesadaran akan perlunya asuransi, meningkatnya penetrasi digital, penawaran produk yang lebih luas, dan faktor-faktor lainnya,” kata Budi Herawan di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Pasar InsurTech di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan karena didukung peningkatan kesadaran dari para pemain pasar, penawaran harga yang kompetitif, dan saluran distribusi yang efisien. Sektor asuransi dinilai akan mengalami tren pertumbuhan yang kuat di masa depan mengingat adanya tingkat penetrasi yang rendah saat ini (3 persen dari populasi) sehingga terdapat peluang besar untuk meningkatkan penetrasi, serta pengaruh dari perubahan demografis di Indonesia.
“Segmen populasi yang lebih muda kemungkinan besar akan mendorong pertumbuhan produk asuransi,” ucapnya dalam acara Indonesia Rendezvous AAUI tahun 2023.
Lebih lanjut, AAUI melihat bahwa pembayaran digital telah mengurangi hambatan dalam pembayaran, meningkatkan kepuasan pengguna, dan membantu pertumbuhan industri asuransi.
Perusahaan Insurtech juga disebut menyediakan solusi inovatif bagi konsumen untuk mengakses polis asuransi tradisional dengan mudah. Sebagai contoh, pasar asuransi kesehatan yang terkena dampak positif dari COVID-19 pada tahun 2020 dan 2021 memicu minat investor terhadap sektor asuransi kesehatan digital.
Selain kesehatan, kategori asuransi mikro dan asuransi perjalanan juga diperkirakan akan tumbuh dalam lima tahun ke depan.
“Masyarakat yang menggunakan layanan InsurTech sangat puas dengan kenyamanan yang ditawarkan serta kemudahan menyelesaikan pembayaran dengan cepat. Selain itu, opsi pembayaran premi dengan harga yang kompetitif dan proses pengumpulan klaim yang lebih mudah menjadi pendorong utama pertumbuhan,” ujar Budi.
Di sisi lain, kurangnya produk yang komprehensif dan customizable terbukti menjadi hambatan besar bagi adopsi InsurTech. Untuk memanfaatkan potensi pasar Indonesia, maka diperlukan kemitraan dan pendekatan omnichannel.
Perusahaan InsurTech memiliki pula peluang besar untuk memanfaatkan data melalui embedded insurance. Misalnya, asuransi mobil dapat dibebankan berdasarkan jarak tempuh. Ketika pemakaian dapat dipantau dan diasuransikan secara real time, maka proses penagihan klaim juga akan menjadi lebih cepat.
Meskipun penawaran yang ada saat ini menurunkan biaya operasional melalui otomatisasi, penawaran tersebut dapat ditingkatkan lebih lanjut untuk meningkatkan akuisisi pengguna.
“Pemain InsurTech juga dapat memperluas pasar mereka dengan bermitra dengan pemain offline. Arena bermain yang lebih besar, reformasi kebijakan fiskal, perubahan demografi Indonesia, transformasi digital telah menjadikan Indonesia sebagai pasar yang canggih bagi industri kita yang harus dipandu oleh kebijakan yang tepat bagi semua pihak,” ungkap Ketua AAUI.