Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut pembangunan terminal bus tipe A di berbagai wilayah adalah untuk memajukan perekonomian dan mendukung sektor pariwisata, sehingga dapat meningkatkan daya saing bangsa dan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
"Pembangunan dan revitalisasi terminal tipe A di berbagai wilayah menjadi program prioritas pemerintah dalam rangka memperbaiki layanan angkutan bus antarkota antarprovinsi maupun dalam provinsi (AKAP/AKDP)," ucap Menhub Budi Karya Sumadi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menhub mengatakan pembangunan terminal bus perlu terus dilakukan agar fasilitasnya semakin baik, sehingga masyarakat semakin nyaman untuk menggunakannya.
"Terminal harus bersih dan nyaman agar masyarakat mau menggunakannya. Ini juga merupakan bagian dari upaya meningkatkan budaya penggunaan transportasi massal," tuturnya.
Sejak kewenangan pengelolaan terminal tipe A dialihkan dari pemerintah daerah ke pusat, Kemenhub terus berupaya meningkatkan fasilitasnya agar serupa dengan standar pelayanan di stasiun atau bandara.
"Kami membangun terminal yang lebih modern dengan konsep mixed use, yaitu selain sebagai tempat naik turun penumpang, juga menjadi pusat kegiatan sosial, ekonomi, seni dan budaya masyarakat," ujar Menhub.
Melalui konsep mixed use, terminal juga memiliki sejumlah fasilitas seperti area komersial, kuliner, pelayanan publik, hotel, tempat belanja, ruang serbaguna, dan lainnya. Selain itu, juga terintegrasi dengan moda transportasi lainnya.
Kemenhub merinci sejumlah terminal tipe A dibangun dan direvitalisasi secara merata di sejumlah wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia, di antaranya Terminal Paya Ilang di Takengon, Aceh; Terminal Amplas di Medan, Sumut; dan Terminal Anak Air di Padang, Sumbar.
Kemudian, Terminal Tingkir di Salatiga, Jateng; Terminal Tamanan di Kediri, Terminal Purabaya di Surabaya, Jatim, Terminal Bimoku di NTT, Terminal Banjar di Kalsel; dan Terminal Bolaang Mongondow di Sulut.
Kemenhub menjelaskan bahwa terminal bus tipe A dibangun atau direvitalisasi menggunakan skema anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) rupiah murni maupun surat berharga syariah negara (SBSN) dan dilakukan secara bertahap.
Terminal Anak Air dibangun menggunakan APBN rupiah murni dan SBSN Rp94,8 miliar dan memiliki luas lahan 27.385 mde2 ngan luas bangunan terminal 10.364 m2.
Berikutnya, Terminal Amplas dibangun dengan pagu anggaran SBSN Rp42,8 miliar dan diselesaikan melalui skema tahun jamak (multiyears) pada 2021-2022.
Pembangunan Terminal Tamanan di Kediri terbagi dalam III tahap, yaitu tahap I pada 2020 dengan biaya Rp12,5 miliar, tahap II pada 2021 dengan biaya Rp7,6 miliar serta tahap III pada 2022 dengan biaya sebesar Rp4,85 miliar.
Sementara, Terminal Paya Ilang dibangun menggunakan APBN rupiah murni Rp22 miliar dan memiliki luas lahan 9.792 m2 dengan luas bangunan terminal 2.500 m2.
Kemudian, Terminal Purabaya dilakukan revitalisasi yang dilakukan berupa perbaikan jalan akses keluar dan masuk terminal. Pada 2022 anggaran untuk revitalisasi Terminal Purabaya berjumlah Rp4 miliar, kemudian pada 2023 sebesar Rp30 miliar.
Kemenhub melaporkan dalam rentang waktu 2014-2023, telah dibangun terminal baru di lima lokasi dan rehabilitasi/revitalisasi terminal di 75 lokasi. Kemenhub juga melibatkan partisipasi para investor/badan usaha swasta untuk turut mengembangkan terminal.
Baca juga: Pembangunan terminal bandara Putussibau selesai 2024
Baca juga: Pembangunan terminal Bandara Pangsuma bernuansa kearifan lokal
Pembangunan terminal bus tipe A majukan ekonomi-pariwisata
Rabu, 27 Desember 2023 14:33 WIB