"Lokasi pembangunan IKN itu sebagian besar di hutan tanaman monokultur, jadi pembangunan merusak hutan itu tidak, bergantung kita mendefinisikannya seperti apa, kalo yang belajar kehutanan itu bukan hutan tropis, lokasi sekarang yang sedang dilakukan pembangunan adalah bekas lokasi tanaman yang monokultur," ucap Myrna dalam diskusi dengan tema IKN dan Investasi untuk Alam di acara Nusantara Fair di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan dari 252 ribu hektar lahan yang menjadi wilayah pembangunan IKN, 40 ribu hektarnya adalah hutan sekunder yang tumbuh karena hutan alam yang sudah ditebang.
Sementara 50 ribu hektar lainnya adalah hutan tanaman monokultur yang tanpa pembangunan IKN akan digunakan sebagai industri pembuatan kertas dengan siklus 6-7 tahun.
Myrna juga mengatakan, dengan pembangunan IKN, akan menjadi eksperimen rasional untuk melihat pembangunan Indonesia ke depan 2045 dalam menghadapi green economy dan blue economy yang mengedepankan konsep keberlanjutan atau sustainability living.
Hal ini juga membuat masyarakat di IKN nantinya harus menjalani gaya hidup berbeda yang berdampingan dengan alam, hewan maupun sampah yang akan diproduksi.
"Kita ingin mengadakan perbaikan secara sistematik, misal tidak menggunakan kendaraan energi fosil atau green energy dalam menyediakan kebutuhan energi di kota baru, menyediakan ruang hijau yang banyak, jadi masyarakat dituntut harus melakukan gaya hidup berbeda," ujar Myrna.
Ia berharap jika semua impian untuk IKN terwujud akan menjadi kontribusi penting oleh Indonesia kepada dunia untuk membangun kota hijau, dan menjadi pekerjaan rumah yang besar dalam mengubah budaya jutaan orang untuk beralih ke gaya hidup yang lebih baik untuk Indonesia.