Dalam acara itu, pengunjung bisa melihat rempah-rempah khas Indonesia seperti kapulaga, kemiri, ketumbar, lada, dan jintan serta bahan makanan seperti jewawut, kecombrang, jantung pisang, dan keluak.
Macam-macam makanan hasil fermentasi khas Indonesia dan alat masak dari berbagai wilayah di Indonesia juga dipamerkan dalam festival tersebut.
Selain itu, ada demo masak dari koki dan keturunan keluarga yang masih melestarikan resep tradisional daerah.
Mama Aldo, seorang warga keturunan Baubau, mendemonstrasikan cara memasak ikan dole, lauk berbentuk segitiga yang dibuat dari campuran ikan, kelapa parut sangrai, dan bumbu. Ikan dole biasa disajikan bersama sambal mangga atau sambal matah.
Selain itu, Mama Aldo juga mendemonstrasikan cara membuat makanan khas Buton yang disebut ikan katapai.
Ikan katapai, yang dibuat dari ikan cakalang, tongkol, atau tuna, disajikan dalam kuah santan campur parutan kelapa sangrai.
Ikan katapai biasa disajikan dalam upacara adat Kesultanan Buton. Warga keturunan Tionghoa di Buton juga sering menghidangkannya bersama nasu wolio, makanan khas Buton yang lain, pada perayaan Imlek.
Mama Aldo, seorang warga keturunan Baubau, mendemonstrasikan cara memasak ikan dole, lauk berbentuk segitiga yang dibuat dari campuran ikan, kelapa parut sangrai, dan bumbu. Ikan dole biasa disajikan bersama sambal mangga atau sambal matah.
Selain itu, Mama Aldo juga mendemonstrasikan cara membuat makanan khas Buton yang disebut ikan katapai.
Ikan katapai, yang dibuat dari ikan cakalang, tongkol, atau tuna, disajikan dalam kuah santan campur parutan kelapa sangrai.
Ikan katapai biasa disajikan dalam upacara adat Kesultanan Buton. Warga keturunan Tionghoa di Buton juga sering menghidangkannya bersama nasu wolio, makanan khas Buton yang lain, pada perayaan Imlek.
Di Festival Merayakan Gastronomi Indonesia, pengunjung bisa mencicipi makanan tradisional yang disajikan prasmanan pada waktu makan siang maupun makan malam.
Melati (28), seorang pengunjung festival, senang bisa belajar tentang kuliner serta melihat demo memasak makanan tradisional dalam acara tersebut.
"Kita bisa lihat bahan makanan yang selama ini kita enggak temuin di Jawa. Itu menunjukkan makanan Indonesia enggak cuma rendang, bakso, sate, tapi juga ada makanan fermentasi, makanan ikan dari Kalimantan, sambal dari NTT, jadi komplit lihatnya," katanya.
Melati (28), seorang pengunjung festival, senang bisa belajar tentang kuliner serta melihat demo memasak makanan tradisional dalam acara tersebut.
"Kita bisa lihat bahan makanan yang selama ini kita enggak temuin di Jawa. Itu menunjukkan makanan Indonesia enggak cuma rendang, bakso, sate, tapi juga ada makanan fermentasi, makanan ikan dari Kalimantan, sambal dari NTT, jadi komplit lihatnya," katanya.
Pengunjung yang lain, Aryo (34), mengatakan bahwa Festival Merayakan Gastronomi Indonesia bisa menjadi sarana edukasi tentang kuliner Indonesia bagi generasi muda.
"Walaupun ini cuma sebagian kecil (yang ditampilkan) kayaknya ya, ini kan bisa jadi sarana edukasi buat anak-anak muda atau kayak saya yang mungkin tahunya cuma soto dari Jawa atau Papeda (dari Papua)," katanya.
"Ternyata masih banyak kuliner Indonesia dengan rempah-rempah yang saya sendiri baru tahu di sini," kata Aryo.
Di area festival juga ada tempat mewarnai gambar makanan dan alat masak untuk anak-anak serta tempat menonton sejarah kuliner Indonesia.
Ketua Tim Pusaka Rasa Nusantara Meilati Batubara mengatakan, penyelenggaraan pameran ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang kuliner Indonesia dan mendukung upaya pelestarian resep-resep masakan tradisional Indonesia.
"Budaya kita ibu dan nenek enggak nulis resep dan generasi mudanya enggak mau belajar masak, jadi resep itu punah," katanya dalam acara gelar wicara pada Sabtu.
Dia mengemukakan perlunya mengajak anak-anak muda di daerah untuk mempelajari dan melestarikan resep-resep masakan tradisional.
"Walaupun ini cuma sebagian kecil (yang ditampilkan) kayaknya ya, ini kan bisa jadi sarana edukasi buat anak-anak muda atau kayak saya yang mungkin tahunya cuma soto dari Jawa atau Papeda (dari Papua)," katanya.
"Ternyata masih banyak kuliner Indonesia dengan rempah-rempah yang saya sendiri baru tahu di sini," kata Aryo.
Di area festival juga ada tempat mewarnai gambar makanan dan alat masak untuk anak-anak serta tempat menonton sejarah kuliner Indonesia.
Ketua Tim Pusaka Rasa Nusantara Meilati Batubara mengatakan, penyelenggaraan pameran ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang kuliner Indonesia dan mendukung upaya pelestarian resep-resep masakan tradisional Indonesia.
"Budaya kita ibu dan nenek enggak nulis resep dan generasi mudanya enggak mau belajar masak, jadi resep itu punah," katanya dalam acara gelar wicara pada Sabtu.
Dia mengemukakan perlunya mengajak anak-anak muda di daerah untuk mempelajari dan melestarikan resep-resep masakan tradisional.