Jakarta (ANTARA) - Pengamat militer Alman Helvas Ali menilai pesawat nirawak (drone) merupakan kebutuhan yang sifatnya pelengkap atau komplementer untuk TNI AU.
"Drone itu bukan game changer, drone cuman komplementer," kata Alma saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Hal tersebut dikatakan Alman terkait rencana pembelian drone dari perusahaan asal Turki yang dilakukan Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.
Alman menjelaskan, drone tidak bisa diandalkan sebagai ujung tombak utama dalam menjaga teritorial langit Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan drone hanya bersifat pengintaian dan melakukan serangan terhadap objek yang ada di daratan.
Untuk menangkal serangan udara dari luar, Alman lebih menekankan kepada pengadaan pesawat tempur yang berawak.
Pengadaan pesawat tempur, lanjut dia, harus menjadi prioritas guna memastikan alat utama sistem senjata (alutsista) mumpuni saat menghadapi serangan asing.
Pemerintah juga harus memilih secara selektif kualitas dan asal negara pesawat jet tempur tersebut sebelum melakukan pembelian.
"Bahwa kita butuh drone iya tapi itu bukan game changer. Jadi kita itu butuh pesawat tempur, pesawat berawak lah," tutur dia.
Untuk diketahui, dalam unggahan resmi akun Instagram @kemhanri pada Sabtu (2/3), disebutkan bahwa Presiden RI Joko Widodo meminta TNI dan Polri mengadaptasi sistem pertahanan dengan cepat, terutama dalam penggunaan drone.
Hal tersebut rupanya senada dengan tindakan Menteri Pertahanan RI Prabwo Subianto yang telah meneken kontrak pembelian 12 unit peswat nirawak Unmanned Aireal Vehicle (UAV) ANKA dari Turkish Aerospace.
Dalam unggahan tersebut, disebut bahwa enam dari 12 pesawat nirawak akan dirakit di Indonesia. Pengiriman unit akan dilakukan 32 bulan setelah berlalunya kontrak tersebut.
Pengamat pertahanan sebut pesawat nirawak hanya bersifat komplementer
Selasa, 5 Maret 2024 12:11 WIB