Pontianak (ANTARA) - Dokter hewan dari Klinik Hewan Purnama, Guido Vilemon Meko, menyoroti pentingnya penanganan luka gigitan anjing yang berpotensi membawa rabies yang banyak terjadi di beberapa daerah di Kalimantan Barat.
"Langkah pertama yang harus diambil adalah mencuci luka dengan sabun dan air mengalir selama sekitar 15 menit. Langkah ini sangat penting untuk membersihkan area gigitan dan membunuh virus yang mungkin masih ada di sekitar luka," kata Guido di Pontianak, Selasa.
Dia menjelaskan, setelah membersihkan luka, disarankan untuk segera mencari bantuan medis di puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR).
Guido juga menekankan perlunya mengobservasi hewan yang melakukan gigitan, seperti anjing, kucing, atau kera, selama maksimal dua minggu di Dinas Peternakan.
Jika hewan tersebut menunjukkan gejala rabies dan hasil laboratorium memastikan keberadaan virus, tidak ada pengobatan yang efektif dan hewan tersebut kemungkinan akan mati.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, rabies adalah penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran.
Guido menjelaskan bahwa penularan rabies terjadi melalui gigitan hewan pembawa rabies seperti anjing, kucing, kera, dan kelelawar.
"Gejala rabies pada hewan meliputi fase prodromal, eksitasi, dan paralisis, dengan tanda-tanda seperti mencari tempat yang dingin, agresif, dan kehilangan refleks," tuturnya.
Guido menekankan pentingnya vaksinasi rabies rutin pada hewan pembawa rabies sebagai langkah pencegahan utama, mengingat belum adanya obat yang efektif untuk mengobati rabies. Vaksinasi, katanya, merupakan cara terbaik untuk mencegah penyakit ini.
Sebelumnya, Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalimantan Barat melakukan penanggulangan kasus rabies di sejumlah daerah yang ada di Kalbar dengan mempercepat vaksinasi hewan dan memperkuat manajemen pengelolaan dan pengendalian kasus rabies.
"Kami memberikan dorongan kuat kepada kabupaten/kota di Kalbar untuk memperkuat manajemen pengelolaan dan pengendalian kasus rabies. Hal ini kita lakukan karena sepanjang 2024 kasus rabies di Kalbar telah mencatatkan statistik yang mengkhawatirkan dengan tiga kematian, 1.180 kasus gigitan, serta vaksinasi sebanyak 1.043 orang dan 1.344 ekor hewan," kata Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, Heronimus Hero.Dia menegaskan, pentingnya keterlibatan semua pihak dalam menangani kasus rabies. "Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian kasus rabies," tuturnya.
Hero juga menjelaskan bahwa Dinas Perkebunan dan Peternakan telah mengeluarkan surat edaran kepada kabupaten/kota untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap rabies.
"Kami mendorong kabupaten/kota untuk melakukan komunikasi intensif kepada masyarakat mengenai kasus rabies," katanya.
Saat ini, upaya pencegahan dan pengendalian rabies tidak hanya mengandalkan vaksinasi hewan penular rabies. Pemerintah juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang tindakan pertama yang harus dilakukan saat digigit hewan penular rabies.