Beijing (ANTARA) - Juru Bicara Kemenerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pertemuan trilateral antara tiga menteri pertahanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang hanya untuk menjelekkan dan menyerang Tiongkok.
"AS, Jepang dan Korea Selatan memanfaatkan pertemuan menteri pertahanan trilateral dan dialog tingkat wakil menteri luar negeri trilateral untuk memajukan apa yang disebut 'Strategi Indo-Pasifik' yang dengan sengaja menyerang dan menjelek-jelekkan China dalam masalah maritim," kata Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Senin.
Pertemuan antara Menteri Pertahanan Korea Selatan Lee Jong-sup dengan Menhan AS Lloyd Austin dan Menhan Jepang Yasukazu Hamada berlangsung pada sela-sela Dialog Shangri-La yang digelar di Singapura, 31 Mei-2 Juni.
Pertemuan itu membahas cara merespons lebih baik atas ancaman Korea Utara, seperti dengan membangun sistem peringatan rudal Korea Utara dan memperluas latihan keamanan tiga matra.
Ketiga negara tersebut sudah bekerja menyempurnakan kesepakatan berbagi data yang telah dicapai Presiden Yoon Suk Yeol, Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dalam pertemuan puncak trilateral di Kamboja November lalu.
"Ketiganya saling tuding dan campur tangan secara berlebihan dalam urusan dalam negeri China terkait permasalahan Taiwan, dan sekali lagi dengan sengaja dan menabur perselisihan antara China dan negara-negara tetangga," ungkap Mao Ning.
Mao Ning juga menyebut tindakan ketiga menhan itu sangat melanggar norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional. China sangat menyesalkan dan menentang hal itu.
"Pertama, China dengan tegas menentang praktik politik blok, termasuk apa pun yang dikatakan atau dilakukan untuk memicu ketegangan dan melemahkan keamanan dan kepentingan strategis negara lain, serta upaya untuk membentuk kelompok eksklusif di Asia-Pasifik," ungkap Mao Ning.
AS, kata Mao Ning, perlu bertindak berdasarkan pernyataannya bahwa revitalisasi aliansinya tidak ditujukan pada China dan berhenti mencari keuntungan egois dengan mengorbankan keamanan strategis negara lain dan kesejahteraan masyarakat di Asia-Pasifik.
"Kedua, prinsip 'satu China' merupakan konsensus universal komunitas internasional dan norma dasar dalam hubungan internasional. Masalah Taiwan adalah murni urusan dalam negeri Tiongkok dan tidak boleh ada campur tangan pihak luar," ungkap Mao Ning.
Ancaman terbesar terhadap perdamaian lintas selat saat ini adalah aktivitas separatis kekuatan "kemerdekaan Taiwan" dan kerja sama serta dukungan eksternal terhadap mereka.
"Ketiga, China akan selalu mempertahankan kedaulatan teritorial serta hak dan kepentingan maritimnya. Kami berkomitmen untuk menyelesaikan masalah maritim bilateral dengan negara-negara yang berkepentingan secara langsung melalui dialog dan konsultasi," tambah Mao Ning.
Ia pun dengan tegas menentang negara-negara di luar kawasan yang ikut campur dan memperburuk situasi.
"Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah menghasut dan mendukung negara-negara tertentu dalam memprovokasi China dan melanggar kedaulatan dan hak maritim China di laut, dan sering melakukan latihan militer bersama serta pengintaian jarak dekat dengan sekutu-sekutunya di perairan dekat Lau China Selatan untuk memamerkan kekuatan dan meningkatkan ketegangan di kawasan," jelas Mao Ning.
Keempat, posisi dasar China dalam isu Semenanjung Korea adalah konsisten yaitu memajukan penyelesaian politik untuk menyelesaikan masalah Semenanjung Korea.
"Penggunaan pencegahan militer dan penerapan sanksi serta tekanan hanya akan memperparah perbedaan dan meningkatkan ketegangan. Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan serta menahan diri untuk tidak menambah ketegangan di Semenanjung Korea yang sudah sangat kompleks dan penuh tantangan," tegas Mao Ning.
Diketahui pada Senin (27/5), Roket yang membawa satelit, Malligyong-1-1, meledak setelah lepas landas dari Landasan Peluncuran Satelit Sohae di pantai barat laut Korea Utara. Roket itu digunakan untuk membawa satelit pengintai militer.
Peluncuran tersebut dilakukan hanya beberapa jam setelah Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri Li Qiang mengadakan pertemuan puncak trilateral di Seoul, Korsel dan menegaskan kembali komitmen mereka mendorong perdamaian di Semenanjung Korea.