Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas produk perikanan serta meningkatkan nilai tambah hasil perikanan.
"Strategi yang harus diambil untuk meningkatkan daya saing produk tuna Indonesia diantaranya adalah menjamin mutu dan keamanan produk tuna yang dihasilkan, pengembangan produk tuna, memahami persyaratan yang diminta oleh negara pembeli beserta besaran tarif, serta meningkatkan hubungan bilateral antar negara melalui perundingan bilateral," ujar Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Budi mengatakan, tuna merupakan salah satu komoditas andalan ekspor Indonesia, dari sisi nilai ekonomi, nilai ekspor tuna Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Tercatat ekspor tuna pada 2023 mencapai 927,13 juta dolar AS. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir pertumbuhan rata-rata 6,1 persen per tahun, dengan tujuan ekspor utama adalah ke Amerika Serikat, ASEAN, Jepang, Timur Tengah dan Uni Eropa.
Adapun ekspor komoditas tuna, cakalang dan tongkol Indonesia didominasi dalam bentuk potongan daging tanpa tulang atau fillet dengan kontribusi sebesar 39,4 persen, selanjutnya tuna dalam kemasan kedap udara 28,7 persen, tuna dalam kemasan tidak kedap udara 7,4 persen.
"Tuna Indonesia memiliki daya saing cukup tinggi dan potensial untuk dikembangkan di pasar. Jadi peningkatan daya saing harus terus ditingkatkan," ujarnya pula.
Budi menjelaskan, KKP sangat fokus terhadap strategi peningkatan daya saing sehingga tingkat penolakan produk tuna Indonesia ke negara tujuan ekspor rendah.
"Kami sangat fokus dengan strategi peningkatan daya saing tersebut agar produk di dalam negeri berkualitas dan tidak ada penolakan produk tuna ke negara tujuan ekspor," katanya.