Pontianak (ANTARA) - Yayasan Alam Sehat Lestari (ASri) bersama Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak menginisiasi program Journalist Fellowship untuk melibatkan para jurnalis dalam peliputan mendalam terkait inisiatif masyarakat lokal dalam mengurangi dampak krisis iklim dengan pendekatan kesehatan planetari.
"Program ini bertujuan untuk mengangkat peran masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sebagai aktor penting dalam upaya konservasi hutan dan mitigasi perubahan iklim, khususnya di wilayah kerja ASri di Kalimantan Barat," kata Sekretaris AJI Pontianak, Hamdan di Pontianak, Kamis.
Hamdan menyatakan pihaknya menyambut baik kolaborasi ini dan menegaskan pentingnya peran jurnalis dalam menyebarkan pesan konservasi.
"Kami berharap melalui fellowship ini, para jurnalis akan mendapatkan kesempatan lebih baik untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya pelestarian hutan dan pelibatan masyarakat dalam upaya ini," katanya.
Sebagai bagian dari program ini, empat jurnalis terpilih akan difasilitasi untuk melakukan liputan mendalam mengenai bagaimana masyarakat di Kalimantan Barat beradaptasi dengan perubahan iklim dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan. Fellowship ini terbuka tidak hanya untuk jurnalis media mainstream, tetapi juga mahasiswa yang aktif dalam media kampus dengan syarat telah memiliki pengalaman dalam meliput isu lingkungan.
Dalam paparan materinya pada Workshop Fellowship Jurnalist ASri dan AJI Pontianak, Ketua Dewan Pengawas The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), Andi Fachrizal, menggarisbawahi tantangan yang sering dihadapi jurnalis dalam meliput isu-isu lingkungan.
Beberapa tantangan tersebut mencakup kompleksitas isu, risiko keamanan, tekanan politik dan ekonomi, serta keterbatasan akses terhadap sumber informasi. Meski begitu, jurnalis diharapkan dapat memegang prinsip penting dalam peliputan isu lingkungan, yaitu mengawal proses penanganan masalah lingkungan hingga menemukan solusi, menjaga kontinuitas peliputan, serta mengedepankan akurasi.
Andi juga menekankan bahwa jurnalisme lingkungan bukan hanya soal pelaporan, tetapi juga upaya untuk menginspirasi perubahan.
"Kolaborasi antara organisasi masyarakat sipil (CSO) dengan media adalah jalan terbaik untuk menjaga kesehatan peradaban manusia dan sistem alam yang menjadi sandarannya," kata Andi.
Manajer Pendidikan Kesehatan Planetari Yayasan ASRI, Etty Rahmawari, memaparkan berbagai program unggulan yang digalakkan oleh ASRI, yang mencakup tiga bidang utama: kesehatan, konservasi, dan edukasi.
Di bidang kesehatan, Klinik ASRI menjadi inisiatif unik yang memungkinkan masyarakat membayar biaya perawatan dengan bibit pohon sebagai upaya menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesehatan masyarakat. Selain itu, Klinik ASRI juga menyediakan layanan pengobatan keliling, penanggulangan Tuberkulosis (TB), dan akses kacamata bagi masyarakat.
Dalam bidang konservasi, ASRI aktif melakukan program reboisasi, pemantauan deforestasi, pengembangan pertanian organik, serta program pengembalian gergaji (chainsaw buyback), yang melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian lingkungan. Program Sahabat Hutan juga menjadi salah satu upaya ASRI dalam mendampingi masyarakat untuk menerapkan praktik ramah lingkungan. Selain itu, dukungan khusus diberikan kepada janda-janda yang terlibat dalam pelestarian hutan.
Di bidang edukasi, ASRI melibatkan generasi muda melalui kegiatan ASRI Kids dan ASRI Teens yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya konservasi alam. ASRI juga mengadakan Planetary Health Talks dan Planetary Health Camp untuk memperkuat edukasi masyarakat mengenai kesehatan planetari dan pelestarian lingkungan.
Etty menegaskan, keberhasilan upaya mitigasi perubahan iklim sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat lokal, khususnya mereka yang tinggal di sekitar hutan. "Masyarakat bukan hanya subjek pasif yang terdampak krisis iklim, tetapi juga menjadi penjaga dan pengelola sumber daya alam yang ada di sekitar mereka," tambahnya.
Melalui program Journalist Fellowship, ASRI dan AJI Pontianak berkomitmen untuk mendukung jurnalis tidak hanya dalam melaporkan berita, tetapi juga menginspirasi perubahan melalui cerita yang mendalam dan berdampak. Jaringan jurnalis yang terbentuk diharapkan memiliki pengetahuan dan keahlian mendalam tentang isu-isu lingkungan, sehingga dapat terus berkontribusi dalam menyuarakan pentingnya tindakan nyata menghadapi krisis iklim.
Etty menyatakan bahwa jurnalis memiliki peran penting dalam membangun pemahaman publik tentang urgensi pelestarian lingkungan. "Melalui fellowship ini, jurnalis diharapkan dapat menyampaikan pesan yang lebih kuat tentang bagaimana masyarakat lokal di Kalimantan Barat beradaptasi dengan krisis iklim dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan," katanya.
Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya menghasilkan liputan yang berdampak besar, tetapi juga membangun kesadaran luas tentang pentingnya melibatkan masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan dan menghadapi krisis iklim secara bersama-sama.