Padang (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan (Menakar) Yassierli memberikan kuliah umum terkait Ergonomi atau ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi sifat kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang kerja yang sehat, aman produktif serta nyaman kepada mahasiswa Universitas Andalas.
"Sederhananya, ergonomi ini memiliki makna hukum aturan kerja," kata Menaker Yassierli saat memberikan kuliah umum secara daring di Universitas Andalas, Padang, Rabu.
Dalam paparannya Menaker mengatakan Ergonomi mengulas banyak hal tentang dunia ketenagakerjaan terutama yang berkaitan langsung dengan batas kemampuan manusia dalam bekerja. Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus bisa memahami kemampuan setiap pekerja.
Sebagai contoh, seorang pekerja tidak akan efektif dan ideal bekerja selama delapan jam dengan posisi berdiri sehingga perlu cara atau mekanisme lain. Misalnya, dua jam berdiri dan sisanya bekerja dengan posisi duduk dan sejenisnya.
Selain itu, setiap perusahaan, pemberi kerja dan pekerja itu sendiri harus memahami bahwa bekerja dengan posisi jongkok atau membungkuk dalam waktu yang cukup lama akan berdampak buruk pada sisi kesehatan.
Pada kesempatan itu, Menaker mengatakan Ergonomi tidak hanya mengkaji tentang fisik atau aspek kesehatan pekerja saja. Namun, jauh dari itu Ergonomi juga mencakup organisasi, psikis hingga bagaimana menjadikan manusia sebagai pusat desain dan fokus utama.
"Jadi, untuk mendapatkan produktivitas terbaik dari manusia maka segala sesuatunya harus dirancang sesuai karakteristik keterbatasan dan kemampuan manusia itu sendiri," jelasnya.
Artinya, sambung dia, pihak terkait harus bisa merancang metode kerja, alat dan mesin kerja, tata cara tempat bekerja, organisasi pekerjaan, teknologi yang digunakan dan lain sebagainya.
Sementara itu, Rektor Unand Efa Yonnedi mengatakan Indonesia di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto telah memutuskan visi ke depan terkait kemajuan industrialisasi demi menjadi negara maju.
Hal ini didasari keyakinan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju sehingga pengembangan dan pemajuan sektor industrialisasi sangat dibutuhkan. Bahkan, pemerintah telah menetapkan peta jalan setiap produk yang dihasilkan anak bangsa.
"Sebagai contoh nikel. Jika kita lakukan hilirisasi maka nilai tambahnya bisa mencapai 27 kali lipat dibandingkan tanpa hilirisasi," sebut dia.