Pontianak (ANTARA) - Muhadi, sosok ayah dua anak yang usianya sudah memasuki paruh baya memperlihatkan satu persatu hasil karyanya berupa "pokok telok". Kerajinan tersebut mulai ditekuninya saat pandemi COVID-19 melanda di mana aktivitas di rumah menjadi solusi untuk menambah pendapatan keluarga.
Pokok telok sendiri terdiri dari bunga dan tempat untuk meletakkan telur. Dahulu pokok telok hanya terbuat dari kertas. Saat ini kerajinan itu bisa dibuat dengan kain warna-warni dan bentuk pun sangat beragam.
Pokok telok biasanya digunakan saat momen hantaran pernikahan, hataman Al-Quran dan momen adat lainnya. Sehingga tidak heran pokok telok yang merupakan bagian industri kreatif dan sudah menjadi kerajinan khas daerah Kota Pontianak dan bisa menambah pendapatan bagi perajinnya seperti Muhadi.
Dalam hal kemampuan membuat pokok telok didapat Muhadi dengan belajar secara otodidak. Ia menonton youtube untuk belajar membuat pokok tersebut dan sisanya berkreasi sendiri.
Eksistensi untuk membuat pokok telok dari 2021 hingga saat tidak terlepas dari dari kecintaan untuk menjaga tradisi yang mulai jarang ditekuni dan bahkan mulai ditinggalkan.
Untuk jenis pokok telok yang dibuat tergantung pesanan namun sebagian besar seperti payung raja, bunga terompet dan mawar. Selain itu aneka kotak sirih juga menjadi hal wajib saat hantaran pernikahan di produksi. Harga pun beragam mulai Rp10 ribu per tangkai untuk payung raja dan lainnya. Dalam satu hari ia bisa memproduksi sebanyak 50 tangkai payung raja.
"Untuk pasar kita melalui sosial media dan rekan - rekan yang kenal. Selain itu ada yang datang di Kampong Pokok Telok," jelas Muhadi di Pontianak, Selasa.

Manfaatkan KUR
Dalam mengembangkan usaha dan menjaga tradisi pokok telok agar eksis dan berkembang, Muhadi selain didukung pemerintah Kelurahan Bangka Belitung Laut, Kota Pontianak juga tidak terlepas dari memanfaatkan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Pemanfaatan KUR dari BRI menurutnya untuk menambah modal usaha pokok telok dan bisnis kulinernya yang berjalan dan berkembang dengan omset sekitar Rp35 juta per bulan.
Pada tahap awal yakni 2020, ia memanfaatkan KUR dari BRI sebesar 25 juta dan kemudian kembali pada 2024 sebesar Rp50 juta. Menurutnya dengan KUR BRI sangat membantu dan berdampak positif untuk pelestarian pokok telur dan usaha keluarga yang dijalankan saat ini.
"KUR dari sangat membantu usaha keluarga kami dan termasuk berkaitan dengan pokok telok ini. Setiap usaha tentu butuh modal dan solusi dari KUR BRI," katanya.

Sasaran Klaster BRI
Muhidi dan sejumlah perajin pokok telok di Kampung Pokok Telok Pontianak dan sekitarnya saat ini tengah menjadi sasaran untuk program klaster BRI, Klasterku Hidupku.
Klasterku Hidupku merupakan kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan, dan atau keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Program Klasterku Hidupku memberikan kesempatan bagi UMKM untuk mengembangkan produk, mendapatkan akses pendanaan dari BRI, dan menjalin kerjasama dengan pihak lain. Dengan Klasterku Hidupku mendorong keakraban dan kebersamaan di antara pelaku usaha sehingga menciptakan lingkungan yang saling mendukung dan belajar.
Branch Office Head BRI Pontianak, Ardika Prasetyo menjelaskan bahwa melalui program Klasterku Hidupku untuk memperkuat ekosistem UMKM untuk berkembang dan maju. Melalui pendampingan dan sumber pembiayaan mudah serta lainnya bisa mendorong UMKM semakin berkembang dan maju.
"Harapnya ekosistem kuat, klaster tumbuh dan masyarakat bisa sejahtera. Kami dari BRI mendukung melalui program dan layanan dari BRI baik berupa modal usaha melalui KUR maupun lainnya," kata dia.