Garut (ANTARA) - Kepolisian Resor Garut menyebutkan hasil olah tempat kejadian perkara dan keterangan saksi termasuk tim medis menyimpulkan seorang pendaki pria berusia 64 tahun warga Bandung tewas karena sakit saat melakukan pendakian di Gunung Sagara, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Tidak ada tanda-tanda bekas benda tumpul, dan meninggal karena sakit," kata Kepala Polsek Wanaraja AKP Abusono saat dihubungi melalui telepon seluler di Garut, Minggu.
Ia menuturkan kepolisian mendapatkan laporan dari masyarakat adanya seorang pendaki yang teridentifikasi bernama Iyep Rusmin kelahiran tahun 1961 pekerjaan swasta warga asal Mekarjaya, Kecamatan Ranca Sari, Kabupaten Bandung meninggal dunia saat melakukan pendakian ke Gunung Sagara, Sabtu (2/8).
Kejadian itu, kata dia, bermula ketika korban yang datang secara berombongan sebanyak 18 orang melakukan pendakian ke Gunung Sagara sekitar pukul 08.00 WIB.
"Sekitar pukul 13.00 WIB, saat rombongan tiba di puncak gunung, korban mengeluh sakit di bagian dada, dan mengeluarkan busa dari mulut," katanya.
Kapolsek menyampaikan sejumlah saksi yang turut mendaki bersama korban memberikan pertolongan awal dengan membaringkan korban, sampai akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh tim evakuasi sekitar pukul 16.30 WIB.
Adanya pendaki yang meninggal itu, kata dia, pihaknya bersama masyarakat dan lainnya langsung melakukan proses evakuasi dari Pos 4 jalur pendakian Gunung Sagara menuju pos registrasi sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Slamet Garut.
"Korban tiba di rumah sakit, kemudian dilakukan pemeriksaan dengan hasil korban dinyatakan telah meninggal dunia," katanya.
Usai proses evakuasi, kata dia, pihaknya melakukan olah tempat kejadian perkara, kemudian memeriksa kondisi fisik korban, selanjutnya meminta keterangan dari saksi rekan korban, dan juga keluarganya.
Pihak keluarga, kata Kapolsek, menyatakan kejadian itu sebagai musibah, dan menolak untuk dilakukan autopsi terhadap jenazah yang dibuktikan dengan menandatangani berita acara penolakan autopsi, selanjutnya korban dibawa ke rumah duka.
"Pihak keluarga korban menolak dilakukan autopsi, dan menerima hal tersebut sebagai takdir," katanya.
