Pontianak, 28/3 (ANTARA) - Koordinator Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan (Kimtas) Kabupaten Sintang, Ambresius Murjani mengharapkan pemerintah memperbaiki harga produk pertanian dan perkebunan jika pada akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak.
   
Khusus di wilayah perbatasan di Kabupaten Sintang, penduduk setempat kebanyakan bekerja di perkebunan karet, kelapa sawit dan lada.
   
"Kami mengharapkan ada keseimbangan harga hasil pertanian dan perkebunan, agar warga bisa mendapatkan untung," kata Ambresius Murjani saat dihubungi dari Pontianak.
  
 Menurut dia, selama ini warga menjual lada ke Malaysia. Lada hitam seharga 10 ringgit Malaysia sedangkan lada putih 12 ringgit Malaysia. Pengusaha Malaysia mau mensubsidi petani lada Indonesia di perbatasan. Sementara sawit dan karet selama ini dijual ke wilayah Indonesia.
   
Menurut dia, jika sebelum ada informasi mengenai rencana kenaikan harga BBM, biaya transportasi dari Kota Sintang ke Kecamatan Senaning yang berbatasan dengan Malaysia menggunakan angkutan umum mobil Strada Rp250 ribu, tetapi sudah beberapa waktu terakhir ini menjadi Rp300 ribu.
 
"Kenaikan itu sejak isu harga BBM akan naik," katanya.
   
Sementara dari Kota Sintang ke Merakai, berkisar Rp100 ribu hingga Rp120 ribu.

"Untuk angkutan di perbatasan, hampir 100 persen memang menggunakan mobil Strada (dobel cabin dan gardan)," kata dia lagi.
   
Sepanjang perbatasan Sintang, terdapat dua kecamatan dan delapan desa. Kecamatan Ketungau Hulu dan Ketungau Tengah. Ketungau Hulu ada lima desa yakni Desa Nanga Bayan, Jasa, Rasau, Muakan Petingi dan Sungai Seria. Kecamatan Ketungau Tengah ada tiga desa yakni Nanga Kelapan, Mungguk Gelombang dan Wana Bhakti.

(N005)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012