Sungai Raya (ANTARA Kalbar) - Pemerintah Kabupaten Kubu Raya terus mengembangkan ulat sutera dan tanaman murbei pada beberapa daerah lainnya, untuk memenuhi target luasan lahan pengembangan komoditas tersebut.

"Tahun 2013 mendatang program pengembangan ulat sutra dan murbei akan terus dikembangkan ke daerah lainnya, salah satunya di Kecamatan Kuala Mandor B berdasarkan permintaan masyarakat, namun dengan syarat masyarakat harus menyediakan lahan dan memiliki kelompok untuk menjalankan program tersebut," kata kepala Dinas Kehutanan Kubu Raya, Mulyadi di Sungai Raya, Jumat.

Ia menambahkan tidak menutup kemungkinan program tersebut akan terus dikembangkan ke sejumlah daerah di Kabupaten Kubu Raya. Informasi yang didapat, bahwa program tersebut akan terus berlanjut lantaran dianggap berhasil.

Mulyadi berharap dengan adanya pemberdayaan masyarakat untuk menjalankan program pengembangan ulat sutra dan murbei dapat menekan dan mengantisipasi kebakaran hutan. Karena berdasarkan pengamatan pihaknya hutan yang terbakar adalah hutan kosong dan terlantar.

Selain itu, dengan adanya program tersebut tentu akan membantu masyarakat dalam meningkat perekonomian keluarga. Karena untuk satu unit rumah ulat besar dapat dikelola oleh empat hingga lima keluarga.

"Untuk satu unit rumah saja dapat dikelola empat hingga lima keluarga. Jadi kalau 100 unit rumah ulat besar berapa banyak keluarga yang akan dilibatkan. Tentu ini akan membantu masyarakat," katanya.

Terpisah, Bupati Kubu Raya, Muda Mahendrawan menyatakan, untuk bisnis ulat sutra ketersediaan lahan uji coba sudah ada dan tidak terlalu besar. Namun, lanjut dia, ke depan dibutuhkan lahan yang tidak kecil dan akan melibatkan lahan-lahan rumah tangga warga.

"Ulat sutra makan daun murbei. Karena makannya rakus, ke depannya akan menjadi kokon kemudian benang. Bahkan benang sutra bisa sepanjang seribu meter, sementara di Sulawesi baru 200 meter panjangnya," katanya.

Pemkab Kubu Raya optimistis bisnis ulat sutra akan berkembang besar. Dia menambahkan, Kabupaten Kubu Raya juga diuntungkan dari kondisi geografis, dimana kedekatan Bandara Supadio Pontianak kemungkinan menjadi pertimbangan investor memilih Kubu Raya sebagai lahan investasi.

"Selaku investor pengembangan ulat sutera dan murbei ini, Wintus Industri yang berasal dari China sudah membawa bibit dan dua tenaga ahli dari negara asalnya dan ditempatkan di Kecamatan Rasau Jaya. Untuk uji coba lahan didahulukan sekitar 30 hektare dan kemungkinan dari Rasau Jaya akan berkembang ke Desa Limbung, Kuala Dua hingga Pematang 7," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengawasan, Pengendalian dan Perlindungan Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertambangan Kabupaten Kubu Raya, Golda Purba menuturkan investasi dari China mengenai ulat sutra di Kecamatan Sungai Raya dan Rasau Jaya tidak kecil.

Ia memperkirakan, dibutuhkan sekitar 150.000 hektare lahan untuk menampung ratusan hingga jutaan pohon murbei dan ulat sutera.

"Kita akan libatkan masyarakat. Sebab, programnya juga sudah berjalan dan berlari jauh," kata Golda.

Dia menjelaskan, investor dari China itu sendiri sebelum bekerja sama dengan Kabupaten Kubu Raya juga sudah menjalin kesepakatan dengan Kamboja.

"Sampai berapa lama kami belum tahu. Yang pasti ada kesamaan terarah antara Kamboja dan Kubu Raya mengenai struktur tanah untuk bisnis ulat sutera," katanya.

(pso-171)



 

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012