Pontianak (Antara Kalbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menyatakan, perayaan Imlek atau Tahun Baru China 2013 telah memicu kenaikan atau laju inflasi di Kota Pontianak selama Februari sebesar 1,04 persen.
"Padahal sebelumnya, pada Januari 2013, laju inflasi di Kota Pontianak terendah se-Indonesia, yakni sebesar 0,01 persen. Tetapi karena meningkatkan permintaan kebutuhan pokok menjelang perayaan Imlek, sehingga memicu kenaikan inflasi," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kalbar, Edi Rahman Asmara saat menyampaikan berita resmi statistik di Pontianak, Jumat.
Edi menjelaskan, laju inflasi sepanjang bulan Februari juga dipengaruhi oleh sektor angkutan udara, karena banyak warga Tionghoa yang merantau di Jakarta, pada perayaan Imlek pulang ke kampungan halamannya.
Laju inflasi di Kota Pontianak juga dipengaruhi kenaikan enam kelompok pengeluaran yakni tertinggi disumbang kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 8,57 persen; disusul kesehatan 1,09 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 00,4 persen; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,59 persen; sandang 0,21 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, olah raga 0,23 persen.
Selain itu, menurut BPS Kalbar, ada sepuluh komoditas yang ikut menyumbang inflasi, di antaranya tertinggi angkutan udara sebesar 1,18 persen; telur ayam ras 0,08 persen; cabe rawit 0,06 persen; tarif listrik 0,05 persen; wortel 0,05 persen; jeruk 0,04 persen; upah pembantu rumah tangga 0,04 persen; kecambah, bawang merah, dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,02 persen.
Laju inflasi di Kota Pontianak yang baru berjalan dua bulan pada 2013, sebesar 1,05 persen. Sedangkan inflasi periode yang sama pada 2009, 2010, 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 1,15 persen, 0,6 persen, 1,1 persen dan 1,70 persen, kata Edi.
Besarnya laju inflasi Februari 2013 terhadap Februari 2012 sebesar 4,95 persen, sementara untuk Februari 2012 terhadap Februari 2011 sebesar 5,43 persen. Untuk laju inflasi Februari 2011 terhadap Februari 2010 sebesar 8,86 persen, inflasi Februari 2010 terhadap Februari 2009 sebesar 4,61 persen.
Dari delapan kota di Pulau Kalimantan yang dihitung inflasinya, enam kota mengalami inflasi dan dua kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Kota Pontianak 1,04 persen; disusul Kota Singkawang 0,87 persen; Samarinda 0,68 persen; Balikpapan 0,54 persen; Banjarmasin 0,43 persen; dan Tarakan 0,28 persen.
"Untuk Kota Sampit terjadi deflasi sebesar 0,01 persen; dan Palangkaraya deflasi sebesar 0,10 persen," ungkap Edi.
Sementara itu, dari 66 kota di seluruh Indonesia pada Februari 2013, sebanyak 60 kota mengalami inflasi, dan enam kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi di Kota Jayapura sebesar 3,15 persen, dan terendah di Kota Sibolga 0,12 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Kota Ambon 2,29 persen; dan deflasi terendah di Kota Sampit 0,01 persen, kata Edi.***3***
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Padahal sebelumnya, pada Januari 2013, laju inflasi di Kota Pontianak terendah se-Indonesia, yakni sebesar 0,01 persen. Tetapi karena meningkatkan permintaan kebutuhan pokok menjelang perayaan Imlek, sehingga memicu kenaikan inflasi," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Kalbar, Edi Rahman Asmara saat menyampaikan berita resmi statistik di Pontianak, Jumat.
Edi menjelaskan, laju inflasi sepanjang bulan Februari juga dipengaruhi oleh sektor angkutan udara, karena banyak warga Tionghoa yang merantau di Jakarta, pada perayaan Imlek pulang ke kampungan halamannya.
Laju inflasi di Kota Pontianak juga dipengaruhi kenaikan enam kelompok pengeluaran yakni tertinggi disumbang kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 8,57 persen; disusul kesehatan 1,09 persen; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 00,4 persen; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,59 persen; sandang 0,21 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, olah raga 0,23 persen.
Selain itu, menurut BPS Kalbar, ada sepuluh komoditas yang ikut menyumbang inflasi, di antaranya tertinggi angkutan udara sebesar 1,18 persen; telur ayam ras 0,08 persen; cabe rawit 0,06 persen; tarif listrik 0,05 persen; wortel 0,05 persen; jeruk 0,04 persen; upah pembantu rumah tangga 0,04 persen; kecambah, bawang merah, dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,02 persen.
Laju inflasi di Kota Pontianak yang baru berjalan dua bulan pada 2013, sebesar 1,05 persen. Sedangkan inflasi periode yang sama pada 2009, 2010, 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 1,15 persen, 0,6 persen, 1,1 persen dan 1,70 persen, kata Edi.
Besarnya laju inflasi Februari 2013 terhadap Februari 2012 sebesar 4,95 persen, sementara untuk Februari 2012 terhadap Februari 2011 sebesar 5,43 persen. Untuk laju inflasi Februari 2011 terhadap Februari 2010 sebesar 8,86 persen, inflasi Februari 2010 terhadap Februari 2009 sebesar 4,61 persen.
Dari delapan kota di Pulau Kalimantan yang dihitung inflasinya, enam kota mengalami inflasi dan dua kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Kota Pontianak 1,04 persen; disusul Kota Singkawang 0,87 persen; Samarinda 0,68 persen; Balikpapan 0,54 persen; Banjarmasin 0,43 persen; dan Tarakan 0,28 persen.
"Untuk Kota Sampit terjadi deflasi sebesar 0,01 persen; dan Palangkaraya deflasi sebesar 0,10 persen," ungkap Edi.
Sementara itu, dari 66 kota di seluruh Indonesia pada Februari 2013, sebanyak 60 kota mengalami inflasi, dan enam kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi di Kota Jayapura sebesar 3,15 persen, dan terendah di Kota Sibolga 0,12 persen. Sedangkan deflasi tertinggi di Kota Ambon 2,29 persen; dan deflasi terendah di Kota Sampit 0,01 persen, kata Edi.***3***
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013