Tak berbeda jauh dengan Ramadhan 1434 Hijriah (2013) lalu, kali ini pun kue-kue produksi "Hana Bakery" kembali laris dipesan warga Muslim Kota Pontianak dan sekitarnya, karena keunikan dari kue kering dan kue basah tersebut.

Yang khas dari kue produksi "Hana Bakery" adalah renyah, garing dan kering. Renyahnya kue, karena penggunaan bahan dasar berupa mentega impor merek Wysman dari New Zealand.

Mentega ini bisa membuat kue menjadi semakin renyah, bila dibandingkan menggunakan mentega biasa. Meski harganya pun sangat fantastis. Untuk takaran 2,5 kilogram dijual Rp400 ribu. 
  
Sementara yang membuat garing dan keringnya kue, karena dipanggang pada oven gas sebanyak dua kali. Sekali masuk oven, ada enam loyang cetakan kue. Setelah proses pemanggangan pertama, kue didinginkan, kemudian dipanggang kembali. Sehingga menghasilkan kue dengan rasa garing dan kering.

Keunikan lain dari kue produksi Hana Bakery adalah semua adonan dicampur, tidak ada yang polos yang hanya terdiri dari mentega, tepung dan gula.

Tetapi kue produksi usaha kecil dan menengah (UKM) yang berdiri sejak 14 tahun lalu itu, terdiri dari campuran adonan mentega, gula, tepung dan bahan pendukung lainnya seperti, koko krunch, havermut, kelapa, potongan coklat, keju, dan lain-lain.

"Semua adonan campur, tidak ada yang polos," kata Tiyas Septiandary, pemilik Hana Bakery.

Tiyas mengaku sudah 14 tahun mengelola bisnis ini. Jika hari biasa, Tiyas melayani pesanan makanan catering dan kue-kue tradisional. Maka khusus Ramadhan dengan dibantu tiga pekerja, dia membuat kue-kue kering dan basah untuk menyambut Lebaran.

Pada tahun ini, Tiyas menerima pesanan sebanyak 250 toples ukuran 1 kilogram kue kering serta 30 cetak kue basah. "Orderan dibatasi, karena kekurangan tenaga kerja," katanya saat ditemui di tempat tinggalnya yang juga menjadi tempat usaha di Jl Wahid Hasyim, No. 129, Kota Pontianak.

Menurut dia, pada beberapa tahun lalu pernah menerima order lebih banyak lagi, tetapi itu bisa diatasi karena ada enam pekerja. Tetapi kali ini, ia hanya dibantu tiga pekerja yang dibayar setelah pesanan selesai dikerjakan pada dua hari menjelang Idul Fitri.

Tiyas mengaku tidak terlalu berani mengambil risiko menerima semua pesanan pelanggan. Untuk tahun ini, order kue sudah ditutup pada hari pertama puasa. Walaupun banyak pelanggan membujuknya untuk menerima order lagi.

"Kalau dilayani, diterima semua, tidak akan selesai saat Lebaran karena kami kekurangan tenaga kerja," katanya lagi.

Karena itu, ia menerima order terakhir sehari menjelang puasa. Selama sepekan sebelum puasa, ia menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kue-kue pesanan tersebut.

Selanjutnya, pada hari pertama puasa, ia mulai membuat adonan kue. Adonan kue yang sudah siap dicetak dan dibakar. Setelah pemanggangan kedua, kue-kue itu dikemas dalam toples ukuran 1 kilogram. Dalam sehari, diproduksi 10-12 toples kue kering. Namun jika kue yang dibuat agak sulit, hanya akan selesai enam toples.

    Anggaran khusus
  
Seorang pelanggan "Hana Bakery", Sri Maryati, memilih memesan kue Lebaran tiap tahunnya karena pertimbangan efisiensi waktu. "Saya bekerja, tidak sempat lagi membuat kue Lebaran kalau sudah pulang ke rumah," kata pegawai negeri sipil itu.

Alasan lainnya Sri memesan kue pada Tiyas, karena pertimbangan rasa dan keunikan kue tersebut. "Semua kue bikinan Tiyas, insya allah enak dan terjamin. Baik kebersihan maupun rasanya," kata warga Kecamatan Pontianak Tenggara itu.

Pada Ramadhan tahun ini, Sri Maryati menyiapkan anggaran khusus (rumah tangga) untuk pemesanan kue Lebaran. Anggaran yang disiapkan itu lebih dari Rp1 juta. Selain memesan pada Hana Bakery khusus untuk kue kering, ia juga memesan kue basah lapis legit pada saudara sepupunya. "Kalau lapis legit sudah langganan pesan sama ada sepupu," kata dia lagi.

Kini, pada hari ke-20 Ramadhan, tiga per empat dari pesanan kue kering di Hana Bakery sudah selesai. Sebagian kue juga sudah diantar dan diambil sendiri oleh para pelanggan.

Tiyas pun bersiap-siap untuk mulai membuat kue basah yang dilakukan pada lima hari menjelang Lebaran. Dalam sehari bisa produksi sebanyak 10 cetak kue basah. 
  
Tiyas mengaku omzet dari usahanya itu berkisar Rp25-30 juta. Kue yang paling banyak dipesan nastar, corsvet, coklat mente dan putri salju. Khusus kue basah, ia hanya menerima orderan dari keluarga dan kenalan baik atau teman saja.

"Itu saja sudah lumayan, ada 30 cetak kue basah pesanan keluarga dan teman dekat," kata ibu dari seorang putri itu bernama Hana itu.

Kue basah yang  diproduksi "Hana Bakery" di antaranya lapis legit dan lapis lempok. Kue lapis legit merupakan kue khas Lebaran di Kalbar. Sedangkan lapis lempok, merupakan modifikasi dari kue lapis dan campuran lempok atau dodol durian yang menjadi penganan khas untuk oleh-oleh dari Kalbar.

Menyambut Lebaran, dengan menyantap kue-kue kering dan legit yang khas, terasa nikmat.
       
(N005)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014