Singkawang (Antara Kalbar) - Perkumpulan Swadaya Peduli Mangrove Surya Perdana Mandiri (SPM) mendirikan pendopo dan menara pemantau mangrove di Kelurahan Setapuk Besar, Kecamatan Singkawang Utara, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.

"Kedua sarana ini menjadi bagian penting dalam pengembangan kawasan mangrove Setapuk Besar sebagai pusat wisata dan edukasi mangrove di Kota Singkawang," kata Ketua Perkumpulan Swadaya Peduli Mangrove SPM, Jumadi di Singkawang, Minggu.

Dia mengatakan keberhasilan tersebut tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, pihaknya menyampaikan terima kasih kepada pemerintah dan lembaga mitra yang telah menyokong SPM hingga berdirinya menara pemantau dan pendopo mangrove tersebut.

Dukungan tersebut berupa program penanaman bakau maupun pembangunan sarana dan prasarana penunjang yang berasal dari Pemerintah Kota Singkawang, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, BPSPL, hingga pihak swasta seperti Institut Pengembangan Teknologi Hasil Hutan (INTAN) dan WWF-Indonesia.

"Tercatat, sejak 2009 kawasan mangrove Setapuk Besar adalah lahan kritis yang terabaikan. Tingkat abrasi terbilang tinggi, bahkan mencapai sekitar 500 meter dalam kurun waktu 10 tahun terakhir," tuturnya. Melihat fakta miris ini, Jumadi mengambil inisiatif dengan cara mengajak warga lainnya sesama nelayan untuk menanam bakau.

Dengan bermodalkan bibit dari 13 batang pohon bakau yang tersisa serta pengetahuan yang minim mengenai penanaman bakau, kelompok tersebut tidak pernah menyerah untuk terus bekerja.

"Ini sangat beralasan. Sebab, abrasi telah menerjang perkebunan kelapa penduduk sehingga mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit," katanya.

Selain itu, lanjutnya, Kepiting dan ikan mulai susah dijumpai di sekitar pesisir. Hingga saat ini, total luasan kawasan yang telah ditanami bakau mencapai kurang lebih 200 hektar dengan jumlah bibit yang ditanam lebih dari 200 ribu batang.

"Selain sudah dapat menahan abrasi, bakau yang telah ditanam sudah berhasil menambah panjang daratan sepanjang kurang lebih 50 meter," kata Jumadi.

Ditempat yang sama, Manajer Program Kalbar WWF-Indonesia Albertus Tjiu mengatakan, inisiatif warga terkait penanaman mangrove sepanjang pesisir pantai utara ini sangat membanggakan.

"Bentang pantai 193 kilometer dari Pontianak sampai ujung Kecamatan Paloh di Kabupaten Sambas saat ini sudah mulai terasa teduh," katanya.

Menurut Albertus, upaya berbagai kelompok nelayan dan masyarakat mulai membuahkan hasil. Sedimentasi perlahan meningkat sehingga luasan daratan bertambah. Minat warga terhadap wisata mangrove pun berkembang dan peluang ini dimanfaatkan dengan membuka taman mangrove untuk kepentingan edukasi.

"Inisiatif menjaga lingkungan, menanam kembali mangrove dan kemudian berdampak pada meningkatnya pendapatan masyarakat melalui wisata mangrove ini adalah wujud nyata konservasi yang pantas untuk ditiru dan diapresiasi," tuturnya.

Sementara Direktur INTAN ,Deman Huri Gustira mengatakan apa yang dilakukan oleh kelompok masyarakat ini perlu diapresiasi semua pihak.

"Mereka menghijaukan kembali wilayah pesisir yang pernah abrasi. Mereka bisa membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin," katanya.

Menurutnya, warga menanam puluhan ribu batang bakau dari pohon indukan yang hanya tersisa tiga batang saja, kini sudah mencapai ratusan ribu batang. Semua ini bisa tercapai lantaran kesungguhan para nelayan untuk menjaga pesisirnya agar tidak abrasi.
Upaya keras dan kegigihan kelompok nelayan itu pun mencuri perhatian Pemerintah Kota Singkawang dan Kalimantan Barat. Kelompok ini diusulkan sebagai nominator penerima penghargaan Kalpataru 2015, hanya saja, Dewi Fortuna belum berpihak kepada mereka.

Namun, satu prestasi besar telah mereka ditorehkan. Kini, Setapuk Besar telah menjelma menjadi kawasan wisata pesisir yang banyak menarik minat wisatawan.

"Kunjungan ini telah menambah pundi-pundi ekonomi bagi warga sekitar," kata Demanhuri.

(U.KR-RDO/M019)

Pewarta: Rudi

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017