Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kalimantan Barat Anthony Sebastian Runtu memastikan sumber daya sudah siap untuk menjalankan Command Center Kalbar (CCK) yang baru diresmikan, dimana pihaknya melibatkan tenaga ahli dalam pengelolaannya.
"Saya punya `leader`-nya, S2 dari Australia khusus mengenai informasi, dua tenaga dari Australia dan satu baru pulang dari Jepang setelah mengikuti pelatihan. Operator juga latar belakang pendidikannya berbasis IT," kata Anthony di Pontianak, Selasa.
Dia mengatakan, untuk menjalankan Command Center Kalbar tersebut, secara keseluruhan operator ada empat dengan satu pemimpin. Dengan total sumber daya yakni lima orang.
"Kami akan bimbing dan kader lagi sehingga tidak empat orang, bisa berbagi ship," kata dia.
Anthony menuturkan sistem Command Center?bekerja 24 jam. Hanya saja tidak untuk sumber daya yang diberdayakan.
"Manusia tidak mungkin 24 jam karena keterbatasan, tapi semua tetap terpantau, karena produk unggulan ada pemantauan media sosial, sekaligus penyaring informasi," katanya.
Sebelumnya, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosaria Niken Widyastuti menilai Command Center selain sebagai penyedia informas dari pemerintah tapi juga sebagai alat untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Sebab dari Command Center bisa diketahui apa yang menjadi keluhan dan kebutuhan masyarakat. Informasi itu bisa sampai ke tangan pemerintah provinsi dan kemudian ditindaklanjuti dinas terkait.
"Diskominfo adalah penghubung untuk informasi itu. Sebagai penyediaan informasi dan analisis data informasi, jadi?Command Center?merupakan alat berinteraksi dengan masyarakat," kata Niken saat berkunjung ke Pontianak, belum lama ini.
Ia menuturkan provinsi DKI Jakarta sebagai pelopor dari Command Center Kemudian diikuti kabupaten/kota, dengan tujuan membangun Smart City.
"Dengan dibuatnya di tingkat provinsi maka mendorong menjadi smart provinsi yang berperan sebagai penyedia informasi hingga monitoring media sosial," katanya.
(U.KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Saya punya `leader`-nya, S2 dari Australia khusus mengenai informasi, dua tenaga dari Australia dan satu baru pulang dari Jepang setelah mengikuti pelatihan. Operator juga latar belakang pendidikannya berbasis IT," kata Anthony di Pontianak, Selasa.
Dia mengatakan, untuk menjalankan Command Center Kalbar tersebut, secara keseluruhan operator ada empat dengan satu pemimpin. Dengan total sumber daya yakni lima orang.
"Kami akan bimbing dan kader lagi sehingga tidak empat orang, bisa berbagi ship," kata dia.
Anthony menuturkan sistem Command Center?bekerja 24 jam. Hanya saja tidak untuk sumber daya yang diberdayakan.
"Manusia tidak mungkin 24 jam karena keterbatasan, tapi semua tetap terpantau, karena produk unggulan ada pemantauan media sosial, sekaligus penyaring informasi," katanya.
Sebelumnya, Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosaria Niken Widyastuti menilai Command Center selain sebagai penyedia informas dari pemerintah tapi juga sebagai alat untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Sebab dari Command Center bisa diketahui apa yang menjadi keluhan dan kebutuhan masyarakat. Informasi itu bisa sampai ke tangan pemerintah provinsi dan kemudian ditindaklanjuti dinas terkait.
"Diskominfo adalah penghubung untuk informasi itu. Sebagai penyediaan informasi dan analisis data informasi, jadi?Command Center?merupakan alat berinteraksi dengan masyarakat," kata Niken saat berkunjung ke Pontianak, belum lama ini.
Ia menuturkan provinsi DKI Jakarta sebagai pelopor dari Command Center Kemudian diikuti kabupaten/kota, dengan tujuan membangun Smart City.
"Dengan dibuatnya di tingkat provinsi maka mendorong menjadi smart provinsi yang berperan sebagai penyedia informasi hingga monitoring media sosial," katanya.
(U.KR-RDO/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018