Ketapang (Antaranews Kalbar) - Sekitar 1.200 hektare kawasan konservasi atau Koridor KEE (Kawasan Ekonomi Esensial) di Kabupaten Ketapang, terancam rusak dampak pengembangan pertambangan oleh PT Laman Mining.

"Kawasan Koridor KEE seluas 1.200 hektare tersebut sepanjang enam kilometer berada di Desa Laman Satong, Kecamatan Matan Hilir, Kabupaten Ketapang atau tepatnya berada di areal dua perusahaan sawit PT GMS dan PT KAL, yang merupakan habitat orangutan dan satwa endemik Kalimantan lainnya," kata Manajer Proyek Koridor KEE PT GMS, Edward Tang, di Ketapang, Kamis.

Ia menjelaskan pihaknya sudah bersusah payah menjaga serta menanami kembali kawasan Koridor KEE tersebut dengan menanami berbagai tumbuhan, di antaranya shorea balangeran atau jenis tumbuhan yang langka dan dilindungi, kemudian jenis pohon yang termasuk untuk pakan habitat orangutan dan lainnya.

Baca juga: Indonesia Miliki Peta Konservasi Gambut Pada 2016

"Tercatat ada sekitar 120 individu habitat orangutan yang berada di kawasan Koridor KEE tersebut, kini mulai terancam oleh aktivitas Laman Mining. Dan lebih parahnya lagi, pihak tambang tersebut kini sudah memotong jalur lalu lalang habitat orangutan tersebut," ungkapnya.
 
Foto drone kawasan konservasi atau Koridor KEE (Kawasan Ekonomi Esensial) di Kabupaten Ketapang (Istimewa)



Tercatat di kawasan Koridor KEE tersebut, menjadi habitat sekitar 120 individu orangutan, kemudian bekantan, lutung merah, bahkan juga ada buaya, owa, reptil, dan lainnya.

"Kini mulai terancam dengan aktivitas pembukaan lahan berupa pengurukan jalan menggunakan tanah merah dengan lebar 30 meter dan sepanjang 1.469 meter yang memotong jalur lalu lalang satwa tersebut," katanya.

Ia menambahkan, untuk sementara ini, dampak pembukaan lahan itu, sangat mengancam atau telah memutus jalur satwa dan akan berdampak pada ekosistem, kemudian bisa juga terbukanya aktivitas perburuan satwa yang dilindungi tersebut.

Sementara itu, Ketua RT Dusun Nekdoyan, Bandi, menyatakan pihaknya sangat keberatan dengan keberadaan PT Laman Mining yang telah merusak kawasan Koridor KEE tersebut.
 
Foto drone kawasan konservasi atau Koridor KEE (Kawasan Ekonomi Esensial) di Kabupaten Ketapang (Istimewa)


Baca juga: Sinar Mas Siap Padamkan Kebakaran di Area Konservasi

"Perusahaan tambang tersebut melakukan aktivitasnya tanpa melakukan sosialisasi kepada kami yang tinggal di sekitar kawasan Koridor KEE yang selama ini juga sangat bergantung pada lestarinya lingkungan yang kini terancam rusak tersebut," ujarnya.

Sebagai masyarakat, pihaknya menolak kalau kawasan konservasi lalu dialihkan ke tambang. "Karena selama ini kami menjaga kawasan itu agar tidak dirusak, kini malah ada perusahaan tambang yang dengan terang-terangan akan `menghancurkan` Koridor KEE tersebut," ujarnya.

Hal senada juga diakui oleh, Jamri (57) tokoh masyarakat Dusun Nekdoyan. "Aktvitas pertambangan tersebut masuk begitu saja, tanpa ada sosialisasi sebelumnya, yang diperkirakan masuk awal Juli 2018," katanya.

"Kami selama ini menjaga agar pohon di kawasan tersebut tidak ditebang, dan tidak melakukan perburuan terhadap satwa yang dilindungi di kawasan Koridor KEE tersebut," katanya.
 
Foto drone kawasan konservasi atau Koridor KEE (Kawasan Ekonomi Esensial) di Kabupaten Ketapang (Istimewa)


Baca juga: Cargill Komitmen Jaga Lahan Bernilai Konservasi Tinggi

Sehingga, dia sangat menyesalkan dengan adanya perusakan hutan oleh aktivitas pertambangan tersebut, sehingga dia berharap pemerintah segera menghentikan aktivitas pertambangan itu.

Sementara itu, Fransiskus Jaka (26) seorang masyarakat yang ikut menanam berbagai jenis bibit pohon yang mulai langka di kawasan Koridor KEE juga menyesalkan aktivitas pertambangan itu.

"Tanaman bibit pohon yang kami tanam belum juga besar sudah mereka babat lagi, sehingga kesal juga dibuatnya," katanya.

Dari pantauan di lapangan, tampak dua mobil besar yang mengangkut material tanah merah dan batu keluar masuk ke kawasan Koridor KEE dalam melakukan aktivitasnya untuk menguruk jalan selebar 30 meter itu, yang juga dibantu oleh dua unit doser dan ekskavator.

"Malah, kami baru-baru ini menemukan, sarang orangutan yang lokasinya sekitar 200 meter dari pembukaan lahan tersebut," kata Fransiskus Jaka.
PT GMS adalah satu dari empat anak perusahaan Bumitama Gunajaya Agro (BGA), sebelumnya, perusahaan ini sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalbar, kerja sama itu sebagai upaya membangun kemitraan saling menguntungkan dengan berbagai pihak untuk mendukung pembangunan konservasi di Provinsi Kalbar.

Baca juga: Warga keluhkan kepastian lokasi tambang

"Penandatanganan nota kesepahaman ini merupakan bukti komitmen dalam kerja sama pengelolaan kawasan lindung yang ditetapkan pemerintah," kata Direktur anak perusahaan BGA grup, Kamsen Saragih.
 
Foto drone kawasan konservasi atau Koridor KEE (Kawasan Ekonomi Esensial) di Kabupaten Ketapang (Istimewa)


Selain Kawasan Koridor KEE, PT LSM, GMS, dan DAS terletak dekat dengan Taman Nasional Gunung Palung, Hutan Lindung Gunung Tarak, dan Kawasan Gambut Tebal Hulu Sungai Putri, sedangkan PT AMS berbatasan dengan Cagar Alam Muara Kendawangan.

Gubernur Kalbar, saat dijabat Cornelis, menetapkan kawasan konservasi yang dijadikan koridor satwa liar khususnya orangutan ini, sebagai Kawasan Ekosistem Esensial.

Kawasan Ekosistem Esensial merupakan manajemen koridor satwa liar yang menggunakan pendekatan lanskap, yang melibatkan masyarakat, pemerintah daerah dengan bimbingan dan pendampingan dari para ahli lingkungan dalam menjaga kelestarian alam, serta kegiatan meningkatkan perekonomian dengan tetap menjaga kelestarian Kawasan Ekosistem Esensial tersebut.

Kerja sama tersebut, di antaranya terkait kegiatan patroli perbatasan cagar alam, pelatihan, sosialisasi, dan penanganan konflik dan koridor satwa liar, serta penanganan kebakaran lahan. Di mana dalam koridor satwa liar, telah dialokasikan lahan sekitar 1.200 hektare yang berlokasi di PT GMS, yang menghubungkan antara ekosistem gambut Sungai Putri dan Hutan Lindung Gunung Tarak serta Taman Nasional Gunung Palung. Kedua lokasi tersebut merupakan habitat dengan populasi orangutan terbanyak di Kalbar yang telah terpisah.

Diharapkan dengan adanya kegiatan koridor satwa liar yang dibangun, ke depannya kedua lokasi tersebut akan tersambung dan menyumbang keanekaragaman hayati di Kalbar dan Indonesia.

 

Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018