Sinar Mas Agribusiness and Food mengait para pemangku kepentingan lainnya seperti Kapolda, Kejaksaan dan BPBD Kalimantan Barat dalam menyelenggarakan kegiatan diskusi bersama dengan mengangkat topik "Cegah Karhutla, Kalbar Bersiaga".

Hal itu sebagai bentuk respon dan antisipasi bersama kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi kembali di Kalbar. Diskusi tersebut menyoroti kejadian karhutla pada tahun sebelumnya dan menjadi pembelajaran sebagai upaya dalam mencegah Karhutla terjadi kembali di Kalbar pada 2019.

Pada tahun 2016 Karhutla terjadi di beberapa titik dengan total luasan 438.00 hektare dan pada tahun 2017 dengan luasan yang lebih kecil yaitu 20.250 hektare. Karhutla 2018 juga setidaknya kembali menelan banyak kerugian mulai dari aspek lingkungan, ekonomi maupun kesehatan. Setidaknya tercatat 2.000 orang menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit.

"Kami dari perkebunan Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Kalbar, berkomitmen untuk turut berkontribusi dalam mencegah karhutla di Kalbar dengan melaksanakan Program Desa Makmur Peduli Api (DMPA)," kata CEO Perkebunan Sinar Mas Agribusiness and Food wilayah Kalbar, Susanto Yang di Pontianak, Selasa.

Ia mengatakan, program itu telah dilaksanakan sejak tahun 2016 merupakaan sebuah program pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, sehingga masyarakat memiliki kemampuan dalam mencegah dan mengatasi karhutla, serta mencapai ketahanan pangan dengan cara yang lebih ramah lingkungan melalui Pertanian Ekologis Terpadu (PET) sehingga masyarakat tidak perlu membakar lahan dalam mengelola tanah.

"Program DMPA kami rancang dengan memahami kebutuhan masyarakat dari desa binaan kami. Tahap pertama fokus pada pencegahan dan mengatasi kebakaran. Tahap kedua, kami mencoba memberikan solusi dari akar permasalahan agar masyarakat mau dan bisa meninggalkan pola bertani dengan membakar melalui PET. Saat ini, perusahaan telah melakukan pendampingan kepada 8 desa di Kabupaten Ketapang, Kalbar untuk program DMPA," katanya.

Menurutnya melalui PET, masyarakat akan tetap dapat bertani dan mendapatkan pangan yang dibutuhkan, bahkan mendapatkan produktifitas yang lebih baik dan pengeluaran yang lebih sedikit untuk mengelola pertanian. Bersama dengan Masyarakat Siaga Api (MSA) dan pemerintah setempat.

Sementara untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini, program PET juga telah menjadi sebuah pelajaran muatan lokal di SMP Negeri 10 Satap. Ilmu dan pengetahuan yang didapatkan di lahan belajar, diperkenalkan dan diajarkan kepada anak-anak sekolah agar mereka dapat menjaga lingkungan melalui pola bertani tanpa membakar.

Program DMPA telah memberikan kontribusi positif dalam pencegahan karthutla di Kalimantan Barat. Pada tahun 2018, titik panas di Ketapang menurun sebesar 89,0 persen dibandingkan dengan tahun 2015, dimana terdapat 213 titik panas dan 130 titik api di desa binaan. Cuaca menjadi tantangan utama di tahun 2018, dimana curah hujan lebih sedikit dan musim kering lebih panjang dibandingkan tahun 2017.

Dalam kesempatan yang sama Nimia, salah satu anggota kelompok PET mengatakan melalui PET itu masyarakat desa diajak untuk melakukan proses belajar dengan praktik di lapangan--atau disebut juga sekolah lapangan PET--dan kemudian mereplikasikan di kebun masing-masing.

Ia mengatakan, setelah bergabung dengan kegiatan PET, kelompok yang telah mereplikasikan PET ke lahan masing-masing mampu memberi penghasilan tambahan sebesar Rp1 juta hingga Rp1,2 juta per bulan.

"Tentu hal ini sangat membantu kami dalam membantu keuangan keluarga. Selain itu, kami juga menjadi lebih paham cara bertani dengan teknik yang ramah lingkungan dan tidak membakar lagi," katanya

Pewarta: Slamet Ardiansyah

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019