Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Kementerian Pertanian RI menggandeng sejumlah petani di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, untuk mengelola lahan pertanian menggunakan bahan organik sehingga menghasilkan beras sehat dengan berharga tinggi.
"Sudah dilakukan panen perdana di tiga kecamatan perbatasan yakni Entikong, Sekayam dan Kembayan dengan total luas 77 hektare, dan produksinya sekitar 255 ton, pada Rabu (12/2)," kata Deputi Kepala Perwakilan FAO Indonesia Bidang Program, Ageng Herianto saat dihubungi di Pontianak, Kamis.
Ia melanjutkan upaya untuk pertanian organik program telah dicanangkan sejak tahun 2016 dan panen raya ini adalah produksi beras sehat pertama dengan tidak menggunakan masukan dari bahan kimia.
"Panen pertama ini juga diharapkan menjadi pemicu awal penyebaran informasi beras sehat kepada kelompok petani lain untuk menerapkan praktik pertanian organik di wilayah Kalbar, khususnya dan juga di wilayah lain di Indonesia," katanya.
Di Kalbar, FAO Indonesia menggandeng Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Pemprov Kalbar dan Pemkab Sanggau.
Ageng juga menjelaskan, bersama Kementrian Pertanian, FAO meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh di Kabupaten Sanggau tentang prinsip dan praktik pertanian organik melalui pelatihan dengan Sekolah Lapang termasuk proses persiapan untuk memperoleh sertifikasi organik di musim mendatang.
"Disamping itu kami juga menyiapkan fasilitas penggilingan padi yang memenuhi standar pengolahan beras organik termasuk pengemasan dan pelabelan produk untuk menjangkau pasar yang lebih luas," ujar dia.
Sebelum program dilaksanakan, sebagian besar petani dan kelompok mereka serta agen penyuluh belum memiliki kapasitas teknis yang memadai untuk menghasilkan produk pertanian organik, dan hanya terdapat satu lembaga sertifikasi organik di Kalbar.
“Program padi atau beras sehat ini sejalan dengan program pemerintah menuju peningkatan ekspor beras khusus yang menjadi salah satu program strategis Kementan saat ini," katanya.
Sementara itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Gatut Sumbogodjati menambahkan, berbarengan panen pertama ini akan diluncurkan beras sehat Sanggau dengan label "Serumpun Borneo".
"Nama tersebut lahir dari kesepakatan para penerima manfaat untuk menggambarkan keanekaragaman budaya pertanian di tanah Borneo, namun hidup di tanah yang sama. Disamping itu, untuk segmentasi pasar lainnya, pemerintah kabupaten Sanggau meluncurkan produk beras sehat Pangan Humanis," katanya.
Menurutnya, panen raya itu akan menjadi pondasi penguatan kapasitas petani dan kelompoknya serta penyuluh untuk mengembangkan dan meningkatkan produk beras organik pada lahan percontohan yang dikelola mereka sehingga mendapat sertifikat beras organik pada musim tanam berikutnya.
"Peluncuran beras sehat ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang perbedaan antara beras sehat dan beras non-organik yang umum dikonsumsi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Sudah dilakukan panen perdana di tiga kecamatan perbatasan yakni Entikong, Sekayam dan Kembayan dengan total luas 77 hektare, dan produksinya sekitar 255 ton, pada Rabu (12/2)," kata Deputi Kepala Perwakilan FAO Indonesia Bidang Program, Ageng Herianto saat dihubungi di Pontianak, Kamis.
Ia melanjutkan upaya untuk pertanian organik program telah dicanangkan sejak tahun 2016 dan panen raya ini adalah produksi beras sehat pertama dengan tidak menggunakan masukan dari bahan kimia.
"Panen pertama ini juga diharapkan menjadi pemicu awal penyebaran informasi beras sehat kepada kelompok petani lain untuk menerapkan praktik pertanian organik di wilayah Kalbar, khususnya dan juga di wilayah lain di Indonesia," katanya.
Di Kalbar, FAO Indonesia menggandeng Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Pemprov Kalbar dan Pemkab Sanggau.
Ageng juga menjelaskan, bersama Kementrian Pertanian, FAO meningkatkan kapasitas petani dan penyuluh di Kabupaten Sanggau tentang prinsip dan praktik pertanian organik melalui pelatihan dengan Sekolah Lapang termasuk proses persiapan untuk memperoleh sertifikasi organik di musim mendatang.
"Disamping itu kami juga menyiapkan fasilitas penggilingan padi yang memenuhi standar pengolahan beras organik termasuk pengemasan dan pelabelan produk untuk menjangkau pasar yang lebih luas," ujar dia.
Sebelum program dilaksanakan, sebagian besar petani dan kelompok mereka serta agen penyuluh belum memiliki kapasitas teknis yang memadai untuk menghasilkan produk pertanian organik, dan hanya terdapat satu lembaga sertifikasi organik di Kalbar.
“Program padi atau beras sehat ini sejalan dengan program pemerintah menuju peningkatan ekspor beras khusus yang menjadi salah satu program strategis Kementan saat ini," katanya.
Sementara itu, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Gatut Sumbogodjati menambahkan, berbarengan panen pertama ini akan diluncurkan beras sehat Sanggau dengan label "Serumpun Borneo".
"Nama tersebut lahir dari kesepakatan para penerima manfaat untuk menggambarkan keanekaragaman budaya pertanian di tanah Borneo, namun hidup di tanah yang sama. Disamping itu, untuk segmentasi pasar lainnya, pemerintah kabupaten Sanggau meluncurkan produk beras sehat Pangan Humanis," katanya.
Menurutnya, panen raya itu akan menjadi pondasi penguatan kapasitas petani dan kelompoknya serta penyuluh untuk mengembangkan dan meningkatkan produk beras organik pada lahan percontohan yang dikelola mereka sehingga mendapat sertifikat beras organik pada musim tanam berikutnya.
"Peluncuran beras sehat ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang perbedaan antara beras sehat dan beras non-organik yang umum dikonsumsi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020