Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, langkah pencegahan dan antisipasi masyarakat Pontianak dalam mencegah demam berdarah dengue (DBD) di kota itu saat ini terus meningkat atau sudah cukup tinggi.

"Kami terus berupaya dalam mencegah penyakit DBD tersebut, salah satunya meminta masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan agar tidak ada lagi genangan-genangan air dalam mencegah nyamuk aedes aegypti bertelur," terang Edi Rusdi Kamtono di Pontianak, Kamis.

Edi mengimbau, kepada masyarakat agar membersihkan genangan-genangan air seperti genangan air di atas tutup drum, di bak, di kolam, di ban dan bekas-bekas kaleng agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Baca juga: Kadinkes Kalbar imbau kabupaten/kota waspada DBD
Baca juga: 100 kematian akibat DBD di Indonesia dari Januari - awal Maret 2020

"Kami selalu mengingatkan kepada masyarakat, agar tetap memperhatikan genangan-genangan air di kawasan mereka untuk segera dibersihkan, baik di tempat yang besar maupun kecil," tambahnya.

Menurutnya, nyamuk lebih senang bertelur pada air-air yang bersih, tanpa masyarakat sadari nyamuk tidak hanya bertelur di tempat atau perumahan yang kumuh, tetapi bisa saja di perumahan menengah ke atas.

Edi berharap, kepada masyarakat Kota Pontianak agar selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan masing-masing, sehingga semua harus berperan serta agar terhindar dari penyakit DBD tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson mengimbau kepada semua dinas terkait yang ada di kabupaten/kota untuk mengantisipasi kasus DBD di daerahnya masing-masing.

"Upaya yang paling tepat untuk mengantisipasi DBD ini adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan gerakan 3M. Saya harap setiap dinas yang ada di kabupaten/kota bisa menerapkan hal ini, untuk mencegah perkembang biakan nyamuk DBD," lanjutnya.

Baca juga: Dinkes Pontianak lakukan fogging di lokasi temuan DBD
Baca juga: Mercure dan ibis Pontianak City Center adakan fogging gratis dan penyerahan Sembako

Dia menjelaskan, pada bulan Januari 2020, terjadi 297 kasus dan yang paling tinggi terjadi di Ketapang dengan 133 kasus. Satu kasus kematian tercatat di Kabupaten Sintang. Kemudian pada bulan Februari 2020 terdapat 115 kasus dan Ketapang masih menjadi kabupaten dengan angka tertinggi dan terdapat satu kasus kematian di Kabupaten Ketapang.

Dia berharap pada bulan Maret 2020 terjadi penurunan kasus DBD di seluruh wilayah Kalbar. Karena itu, dirinya mengimbau agar seluruh Dinkes yang ada bisa berperan aktif bersama masyarakat dalam pencegahan perkembangbiakkan nyamuk DBD tersebut.

"Perlu diketahui, DBD umumnya terjadi di daerah perkotaan yang notabene-nya tingkat kesadaran masyarakat akan menjaga kebersihan lingkungan semakin kurang. Nyamuk DBD itu tidak akan berkembang biak di parit-parit dan kolam, karena nyamuk ini justru bertelur di tempat penampungan air yang tidak menyatu dengan tanah," tambahnya.

Media kembang biak nyamuk DBD umumnya di tempat-tempat yang menjadi genangan air seperti tempayan, kaleng dan botol bekas yang ada sekitar rumah dan tempat penampungan air lainnya.

"Untuk itu, gerakan 3 M plus ini jangan sampai ditinggalkan. Saya harap masyarakat bisa bergotong royong menjaga kebersihan lingkungannya," katanya.

Mantan Kadis Kesehatan Kapuas Hulu ini menambahkan, tugas utama dari dinas kesehatan di kabupaten/kota adalah melakukan pemberdayan masyarakat agar bisa bersama-sama melakukan pencegahan dan memberantas sarang nyamuk.

Baca juga: Dibanding virus corona, Kadinkes Kepri lebih takut DBD
Baca juga: Sepanjang 2019 ada 11 kasus DBD di Putussibau Selatan
Baca juga: Dinkes Kota Pontianak lakukan upaya pencegahan terhadap kasus DBD
Baca juga: Dua meninggal karena DBD di Singkawang
 

Pewarta: Andilala dan Ega

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020