Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat Muhammad Ayub mengakui penerapan pembelajaran dalam jaringan (daring) masih banyak sekolah yang kebingungan dalam pelaksanaannya.

"Tidak bisa mempungkiri, proses belajar mengajar melalui daring itu terdapat beberapa sekolah yang masih kebingungan karena belum memahami sistem ini. Namun dengan monev yang telah dilakukan, kita terus mendorong agar sekolah-sekolah ini tidak vakum dengan aktivitas proses belajar-mengajar," kata Ayub di Sungai Raya, Selasa.

Untuk itu, katanya, guna mengoptimalkan proses pembelajaran bagi siswa SD dan SMP di masa pandemi COVID-19,pihaknya terus melakukan monitoring dan evaluasi (monev) terkait proses belajar-mengajar melalui daring.

"Monev yang kita lakukan ini bukan bagian dari inspeksi mendadak (sidak), namun monev ini bertujuan untuk mendorong dan mengoptimalkan proses belajar-mengajar melalui sistem daring di masa tatanan kehidupan baru," tuturnya.

Menurutnya, ada juga ditemukan sekolah di wilayah tertentu yang tidak ada kegiatan proses belajar-mengajar, karena guru tidak ada memberikan tugas bagi siswanya. Tentunya kondisi ini membuat orang tua murid mempertanyakan bagaimana nilai raport anaknya.

Ayub menambahkan berdasarkan hasil monev yang telah dilakukan setiap minggu, pihaknya menemukan ada beberapa sekolah yang melakukan proses belajar-mengajar dengan daring dan juga yang melakukan dengan manual.

"Melalui daring inikan proses belajar mengajar jarak jauh dengan menggunakan aplikasi zoom atau guru menghubungi orang tua murid untuk mengajukan tugas sekolah kepada anaknya melalui aplikasi WhatsApp. Sedangkan yang manual ini, orang tua yang datang mengambil tugas dan guru yang menjelaskan cara pengerjaannya terutama bagi kelas-kelas rendah," katanya.

Sedangkan bagi kelas yang tinggi, lanjutnya, adanya perwakilan siswa yang datang atau salah satu keluarga siswa mendapatkan penjelasan dari sekolah yang selanjutnya pihak sekolah menyerahkan tugas bagi siswa.

"Namun ada juga yang gabungan, yang mana tugas sekolah diserahkan langsung melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) atau lembaran tugas yang sudah difhoto copy, jika siswa belum jelas dengan tugasnya, maka siswa maupun orang tua siswa berkomunikasi melalui WhatsApp maupun via telfon kepada guru," katanya.

Ayub juga menjelaskan, meski keterbatasan anggaran, namun pihaknya tetap melakukan pengawasan dan monitoring guna mengoptimalkan proses belajar-mengajar sistem daring ini.

"Adanya keterbatasan anggaran, sampai saat ini, pihaknya hanya bisa melakukan monev di sekolah-sekolah yang ada di 5 Kecamatan saja, diantaranya, Kecamatan Sungai Raya, Sungai Kakap, Sungai Ambawang, Kuala Mandor B dan Kecamatan Rasau Jaya," katanya.

Selain monev di sekolah, pihaknya juga sedang melakukan program terobosan yang sudah disosialisasikan ke pengawas sekolah, Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) maupun di Kegiatan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) terkait program Patihan Mandiri bagi mereka yang sudah mendapatkan tunjangan profesi bagi guru, pengawas maupun kepala sekolah.

"Pelatihan mandiri ini kita arahkan bagi mereka yang sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi profesi untuk menyisihkan anggaran yang didapat untuk keperluan mereka sendiri dengan mengikuti pelatihan peningkatan kompentesi. Artinya tidak semua anggaran sertifikasi profesi itu larinya ke dapur saja, melainkan harus ada anggaran yang harus disisihkan untuk keperluan mereka sendiri melalui program peningkatan kompetensi," kata Ayub.

Baca juga: Ini kiat agar mata anak tetap sehat saat belajar daring
Baca juga: Guru diminta mampu berinovasi ditengah pandemi COVID - 19
Baca juga: Larangan belajar tatap muka di zona merah dan kuning pilihan terbaik

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020