Sedikitnya sekitar 50 orang anak muda di wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mengikuti jambore lingkungan hidup dengan tema "Menjaga detak jantung borneo" yang di pusatkan di Rumah Misi Deo Soli Putussibau Selatan wilayah setempat.

" Kapuas Hulu merupakan Kabupaten konservasi bagian dari jantung borneo (The Heart of Borneo), jadi tema Menjaga detak jantung borneo sebenarnya ada pesan tersirat untuk anak muda Kapuas Hulu," Wakil Bupati Kapuas Hulu, Antonius L Ain Pamero, saat membuka jambore lingkungan hidup, di Putussibau Selatan, wilayah Kapuas Hulu, Senin.

Disampaikan Antonius, melalui jambore lingkungan hidup itu penting bagi generasi muda untuk meningkatkan kepedulian terhadap isu - isu sosial yang ada di lingkungan mereka. 

Menurut dia, sebagai anak muda bisa turut serta mengatasi masalah pengelolaan sumber daya alam di desa dengan menumbuhkan rasa mencintai dan memiliki daerah kalian sendiri. 

Bahkan Antonius juga berharap agar kaum muda bisa mengambil peran dalam pengawasan pengelolaan dan tata kelola pemerintahan melalui medium yang tepat. 

Misalnya dengan menyampaikan kritik atau saran sesuai dengan prosedur yang tepat, dengan memiliki semangat untuk membuat gerakan demi perubahan sosial di tempat tinggal.

" Kalian adalah anak muda terpilih, tempat ini memerlukan buah pemikiran dan semangat kalian untuk perubahan," pinta Antonius.

Sementara itu, Koordinator Jambore lingkungan hidup, Aday mengatakan kegiatan tersebut merupakan upaya dalam mengajak generasi muda untuk mengenal Kapuas Hulu lebih dalam, baik itu dari sisi sumber daya alam maupun gerakan sosial anak muda.

Dijelaskan Aday, peserta datang dari beragam wilayah di Kapuas Hulu, berasal dari bermacam - macam komunitas adat, dengan karakteristik lingkungan yang berbeda pula. 

" Jambore lingkungan hidup memberi ruang bagi mereka untuk mengenali keberagaman daerah satu sama lain," ucap Aday

Aday mengakui masing - masing daerah di Kapuas Hulu memang memiliki potensi yang berbeda.  Ada daerah yang memiliki potensi pariwisata, perikanan, mau pun  potensi pengelolaan hasil hutan bukan kayu. 

Menurut dia, pengembangan potensi itu tidak akan maksimal jika tidak di iringi dengan pengetahuan mengenai pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

" Peserta melibatkan pemuda - pemudi yang aktif di desa, anggota komunitas pecinta alam, dan sebagian usia tingkat SMA dengan harapan kegiatan itu dapat berdampak bagi pembangunan sumber daya manusia di Kapuas Hulu," kata Aday.

Jambore lingkungan hidup itu dimulai sejak 4 hingga 8 Oktober 2020, dengan menerapkan protokol kesehatan COVID - 19, mencegah sebaran COVID - 19 pihak penyelenggaraan bekerjasama dengan Puskesmas setempat.

Pewarta: Teofilusianto Timotius

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020