Warga transmigran di Kampung Sobey Indah, Distrik Teluk Duairi Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, sebulan terakhir mulai meninggalkan profesi utama sebagai petani sawah karena biaya produksi jauh lebih tinggi dibandingkan menanam produk lain.

Banyak petani sawah yang beralih menanam palawija maupun sayur-sayuran sebab biaya produksi dapat di jangkau.

Kondisi yang dialami oleh petani padi kabupaten Teluk Wondama tersebut membuat anggota DPRD, Jumat, angkat bicara meminta pemerintah daerah selamatkan petani padi Kabupaten Wondama.

Anggota DPRD kabupaten Teluk Wondama, Remran Sinadia di Wasior, mengharapkan Pemkab Teluk Wondama segera mengambil langkah agar para petani kembali bergairah menanam padi sawah.



Dia khawatir hamparan sawah yang cukup luas di Sobey Indah akan dibiarkan terlantar begitu saja.

Karena itu, DPRD minta ada intervensi segera dari pemerintah agar para petani di sana bisa kembali semangat mengolah sawah terutama untuk tanaman padi.

"Jika tidak ada penanganan serius kami kuatir areal persawahan di Sobey akan berubah menjadi padang rumput liar karena ditinggalkan petani,“ ujarnya.

Selain itu, DPRD juga minta Pemkab Wondama segera mencari cara agar Wondama mendapat pasokan pupuk subsidi karena selama ini pupuk subsidi belum pernah masuk ke Wondama.

Tanpa pupuk subsidi biaya produksi menjadi tinggi akibatnya para petani terpaksa membeli sendiri ke Manokwari dengan harga yang jauh lebih mahal.

Kampung Sobey dan Sobey Indah merupakan kawasan pemukiman transmigrasi pertama di Kabupaten Teluk Wondama. Sedikitnya 250 KK transmigran telah ditempatkan di lokasi tersebut sejak 2008 dengan pekerjaan utama sebagai petani sawah.

Kampung Sobey dan Sobey Indah sejak dulu menjadi lumbung pangan Teluk Wondama karena semua petani fokus menghasilkan beras.

Bupati Teluk Wondama Hendrik Mambor yang memberikan keterangan terpisah, mengatakan pihaknya akan segera rapat dengan dinas terkait guna membahas permasalahan petani dan mencari jalan keluarnya.*
 

Pewarta: Ernes Broning Kakisina

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021