Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar melalui program Program Sosial dari Bank Indonesia memberikan bantuan berupa berupa Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) ke perajin tenun ikat di Kabupaten Sintang.
“Komitmen Pemerintah Kabupaten Sintang sudah sangat baik dalam memperhatikan pengembangan tenun ikat yang dibuktikan dengan produksi dan kegiatan tenun terus meningkat. Untuk itu kami masuk dalam untuk membantu pengembangan tenun ikat tersebut,” ujar Kepala KPw BI Kalbar, Agus Chusaini di Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa PSBI yang merupakan program nasional dan Kalbar mencoba membantu pengembangan tenun ikat bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat secara menyeluruh mulai dari produksi sampai pemasaran.
“Biasanya UMKM ada masalah di keuangan, kami bantu dalam edukasi keuangan. Maka kami latih para perajin dalam pengelolaan keuangan dan lainnya,” kata dia.
Ia menyebutkan untuk di Sintang, Kelompok Wanita Prakarya Desa Umin Jaya menjadi sasaran bantuan. Selain memberikan bantuan berupa ATBM juga ada peralatan pendukung dan perlengkapan produk.
“Bantuan ini diharapkan kegiatan produksi tenun bisa meningkat. Kami juga bantu soal pemasaran kain tenun, bahkan kami sudah siapkan desain pakaian yang akan menggunakan bahan dasar kain tenun,” jelasnya.
Pihaknya berharap ada campur tangan Pemda Sintang dalam membantu meningkatkan pemasaran kain tenun ini. Misalnya mewajibkan ASN Pemkab Sintang untuk menggunakan kain batik yang menggunakan bahan dasar tenun ikat. Dengan meningkatnya permintaan, maka para perajin akan lebih semangat.
“Kita perlu belajar di Jawa soal penghargaan atas para perajin, di sana dalam seminggu tiga kali ASN memakai pakaian batik khas daerah yakni Selasa, Kamis dan Jumat. Dulu perajin batik hampir Punah, tetapi setelah ada kebijakan pemerintahnya, akhirnya kain batik di Jawa sangat bergairah kembali. Sama dengan pakaian lurik yang dulu dilupakan sekarang naik daun lagi. Mungkin kebijakan ini bisa dicontoh oleh Pemkab Sintang sehingga kalau berhasil, kabupaten lain bisa mengikuti,” harap Agus Chusaini.
Sementara itu, Pelaksana Harian Bupati Sintang Yosepha Hasnah menyampaikan bahwa atas Pemerintah Kabupaten Sintang dan para perajin tenun sangat berterima kasih atas bantuan dan program dari BI
“Kami sangat senang dan mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan BI. Dengan bantuan ini tentu menjadi semangat dan bisa meningkatkan produksi serta pendapatan penenun,” ucapnya.
Ia menjelaskan untuk kelompok penenun di Kabupaten Sintang ada di beberapa desa yang terus produktif dalam membuat kain tenun.
“Perajin biasanya mulai menenun pada Sabtu dan Minggu, hari lainnya mereka ke ladang, menoreh karet. Bahkan malamnya pun mereka ada yang menenun. Mereka banyak menggunakan pewarna alami dari daun-daun dan pewarna kimia,” terang Yosepha Hasnah
Ia menambahkan dalam hal motif juga sudah mulai ada inovasi dari ibu-ibu penenun. Dalam hal menenun perajin sudah pandai. Namun, masih perlu pendampingan juga dalam hal kreasi warna dan motif yang disukai masyarakat perkotaan. Pihaknya mendorong Kelompok Wanita Prakarya Desa Umin Jaya agar serius mengikuti arahan dari BI supaya ke depan bisa mandiri dan sukses.
“Sejauh ini tenun tidak hanya dalam bentuk kain dan diubah menjadi pakaian, tetapi bisa dibentuk menjadi dompet, tas dan sarung handphone dan yang lainnya. Pak Kades bisa mengatur penggunaan ATBM yang dibantu oleh BI. Supaya 149 orang perajin tenun bisa menggunakan ATBM ini,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
“Komitmen Pemerintah Kabupaten Sintang sudah sangat baik dalam memperhatikan pengembangan tenun ikat yang dibuktikan dengan produksi dan kegiatan tenun terus meningkat. Untuk itu kami masuk dalam untuk membantu pengembangan tenun ikat tersebut,” ujar Kepala KPw BI Kalbar, Agus Chusaini di Pontianak, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa PSBI yang merupakan program nasional dan Kalbar mencoba membantu pengembangan tenun ikat bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat secara menyeluruh mulai dari produksi sampai pemasaran.
“Biasanya UMKM ada masalah di keuangan, kami bantu dalam edukasi keuangan. Maka kami latih para perajin dalam pengelolaan keuangan dan lainnya,” kata dia.
Ia menyebutkan untuk di Sintang, Kelompok Wanita Prakarya Desa Umin Jaya menjadi sasaran bantuan. Selain memberikan bantuan berupa ATBM juga ada peralatan pendukung dan perlengkapan produk.
“Bantuan ini diharapkan kegiatan produksi tenun bisa meningkat. Kami juga bantu soal pemasaran kain tenun, bahkan kami sudah siapkan desain pakaian yang akan menggunakan bahan dasar kain tenun,” jelasnya.
Pihaknya berharap ada campur tangan Pemda Sintang dalam membantu meningkatkan pemasaran kain tenun ini. Misalnya mewajibkan ASN Pemkab Sintang untuk menggunakan kain batik yang menggunakan bahan dasar tenun ikat. Dengan meningkatnya permintaan, maka para perajin akan lebih semangat.
“Kita perlu belajar di Jawa soal penghargaan atas para perajin, di sana dalam seminggu tiga kali ASN memakai pakaian batik khas daerah yakni Selasa, Kamis dan Jumat. Dulu perajin batik hampir Punah, tetapi setelah ada kebijakan pemerintahnya, akhirnya kain batik di Jawa sangat bergairah kembali. Sama dengan pakaian lurik yang dulu dilupakan sekarang naik daun lagi. Mungkin kebijakan ini bisa dicontoh oleh Pemkab Sintang sehingga kalau berhasil, kabupaten lain bisa mengikuti,” harap Agus Chusaini.
Sementara itu, Pelaksana Harian Bupati Sintang Yosepha Hasnah menyampaikan bahwa atas Pemerintah Kabupaten Sintang dan para perajin tenun sangat berterima kasih atas bantuan dan program dari BI
“Kami sangat senang dan mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan BI. Dengan bantuan ini tentu menjadi semangat dan bisa meningkatkan produksi serta pendapatan penenun,” ucapnya.
Ia menjelaskan untuk kelompok penenun di Kabupaten Sintang ada di beberapa desa yang terus produktif dalam membuat kain tenun.
“Perajin biasanya mulai menenun pada Sabtu dan Minggu, hari lainnya mereka ke ladang, menoreh karet. Bahkan malamnya pun mereka ada yang menenun. Mereka banyak menggunakan pewarna alami dari daun-daun dan pewarna kimia,” terang Yosepha Hasnah
Ia menambahkan dalam hal motif juga sudah mulai ada inovasi dari ibu-ibu penenun. Dalam hal menenun perajin sudah pandai. Namun, masih perlu pendampingan juga dalam hal kreasi warna dan motif yang disukai masyarakat perkotaan. Pihaknya mendorong Kelompok Wanita Prakarya Desa Umin Jaya agar serius mengikuti arahan dari BI supaya ke depan bisa mandiri dan sukses.
“Sejauh ini tenun tidak hanya dalam bentuk kain dan diubah menjadi pakaian, tetapi bisa dibentuk menjadi dompet, tas dan sarung handphone dan yang lainnya. Pak Kades bisa mengatur penggunaan ATBM yang dibantu oleh BI. Supaya 149 orang perajin tenun bisa menggunakan ATBM ini,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021