Pontianak (ANTARA Kalbar) - Damit (65) seorang seniman musik tanjidor dari Desa Pipitteja, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas, hingga di usia rentanya masih saja keliling kampung (desa) di daerah itu guna menghibur masyarakat, terutama yang punya hajatan pesta perkawinan dengan alunan musik Tanjidor.
Ide Damit membentuk group Tanjidor "Genta Purba" sejak tahun 1962 atau sekitar lima puluh tahun lalu, sewaktu dirinya masih berusia 15 tahun dengan mengajak rekan-rekan seusianya untuk membentuk group musik tersebut.
Berkat kegigihannya untuk membentuk sebuah group Tanjidor akhirnya masyarakat satu Dusun Pimpinan Parit mengumpulkan masing-masing 50 gantang padi yang terdiri dari 60 rumah atau sekitar 300 gantang padi.
"Padi tersebut kami jual, hasilnya lalu dibelikan peralatan Tanjidor, kemudian kami keliling kampung untuk menghibur yang punya hajatan pesta perkawinan," ungkap Damit.
Group musik Tanjidor "Genta Purba" milik Damit tersebut beranggotakan sebanyak 12 orang yang masing-masing anggotanya membawakan satu alat musik tersebut hingga kini.
Adapaun alat musik gabungan tersebut, terdiri alat musik tiup seperti seruling, trombone, piston, bas serta alat musik gesek seperti biola dan Tehyan dan alat-alat musik perkusi seperti tambur atau gendering, rebana, bedug, kecrek, kempul dan gong.
"Dalam sekali tampil kini kami dibayar sekitar Rp1 juta untuk dua hari, yakni hari pertama (hari kecil) dan hari kedua (hari besar), dengan membawakan lagu-lagu wajib seperti lagu hari kemerdekaan 17 Agustus tahun 1945, Bambu Runcing, Pantang Mundur," ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga sering diminta membawakan lagu "Derita" ciptaan Rhoma Irama, terutama saat kedua mempelai laki-laki dan perempuan sedang disandingkan di depan rumah mempelai perempuan, dan msih banyak lagi lagu-lagu lainnya termasuk lagu zaman sekarang.
"Rata-rata pemain Tanjidor grup 'Genta Purba' sudah berusia enam puluhan keatas sehingga untuk setiap lagu-lagu baru tidak perlu latihan lagi, tinggal mengetahui iramanya saja sudah bisa dibawakan demi menghibur yang punya hajatan perkawinan," kata Damit yang menyatakan sudah berancana pensiun membawa Tanjidor karena sudah sakit-sakitan.
Suka duka sebagai seniman Tanjidor menurut dia, cukup banyak, ada sukanya yang jelas banyak pengalaman, banyak teman dan keluar masuk kampung, makan dan rokok gratis sesuai menu yang dihidangkan oleh yang punya hajatan pada undangannya.
"Dukanya kami hampir tidak ada waktu untuk berkumpul dengan keluarga, karena hampir setiap hari diundang menghibur oleh yang punya hajatan pesta perkawinan," ungkap ayah lima anak tersebut.
(A057)
Profil - Damit, Setia Berkesenian Tanjidor (1)
Minggu, 3 Juni 2012 14:10 WIB