Pontianak (ANTARA Kalbar) - Panjang garis perbatasan di Provinsi Kalimantan Barat yang berdampingan
dengan Sarawak, Malaysia Timur, mencapai 966 kilometer. Membentang dari
Tanjung Datuk di Kabupaten Sambas, hingga Gunung Cemeru di Kabupaten
Kapuas Hulu.
Bentangan wilayah yang sangat panjang dengan beragam permasalahan
di dalam baik ekonomi, sosial, politik, ideologi, maupun pertahanan dan
keamanan.
Sejak sebelum negara ini merdeka, sudah terjadi interaksi
antarpenduduk di dua wilayah tersebut. Tak heran kalau banyak yang masih
memiliki hubungan kekerabatan yang dekat di kampung yang ada di beranda
terdepan kedua negara.
Salah satu bentuk interaksi yang terjadi hingga saat ini adalah kegiatan ekonomi yang berlangsung secara tradisional.
Penduduk di kampung terdekat di wilayah Kalbar, menjual hasil
bumi ke warga kampung di Sarawak. Misalnya cabai rawit, jahe, terong,
terong asam, tomat, dan lain-lain. Sedangkan dari Sarawak, mereka
membeli beragam kebutuhan pokok seperti minyak goreng, sabun, pupuk,
gula, penganan ringan dan sejenisnya.
Kegiatan tersebut terus berkembang dan meluas seiring
perkembangan zaman. Setiap kegiatan ekonomi, tentu ada alat tukar yang
digunakan. Indonesia menggunakan rupiah, Malaysia mengacu ringgit.
Namun, harus diakui, ringgit lebih menjadi tuan rumah di perbatasan Indonesia dibanding rupiah.
Kepala Desa Suruh Tembawang, Imran Manuk mengakui, ringgit masih mendominasi perdagangan di perbatasan.
"Karena orientasi masyarakat ke Malaysia untuk mencari kebutuhan
pokok lebih mudah," kata Imran yang desanya berbatasan langsung dengan
Kampung Sapit, Sarawak.
Hidup dari Malaysia
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalbar, Hilman Tisnawan
mengatakan, kondisi infrastruktur yang belum baik dimana sebagian besar
jalan merupakan jalan tanah adalah kondisi umum di perbatasan.
Bahkan, kata dia, beberapa desa media transportasinya menggunakan sarana air mempengaruhi kehidupan masyarakat.
"Ini pada akhirnya akan mempengaruhi pola pemenuhan kebutuhan masyarakat di wilayah perbatasan," kata dia.
Masyarakat perbatasan, ujar dia, masih mengandalkan pasokan dari
Malaysia. Selain faktor infrastruktur, penduduk yang bermukim di
perbatasan dan memiliki Pas Lintas Batas diperkenankan melakukan
aktivitas perdagangan.
Sesuai dengan BTA (Border Trade Agreement) 1970, aktivitas
perdagangan yang dibolehkan yakni sebesar 600 ringgit Malaysia per jiwa
per bulan.
"Dengan demikian, terdapat aktivitas perdagangan dengan
menggunakan ringgit dalam konteks perdagangan masyarakat perbatasan
dengan masyarakat Sarawak," ujar Hilman Tisnawan yang sudah mengunjungi
sejumlah daerah perbatasan di Kalbar itu.
Saat ini, terdapat 14 kecamatan dan sebanyak 98 desa di
perbatasan Kalbar - Sarawak. Aktivitas warga melalui 50 jalan setapak
di wilayah perbatasan yang menghubungkan menghubungkan 55 desa di Kalbar
dengan 32 kampung di Sarawak.
Berdasarkan data tahun 2010, sebanyak 38,83 persen penduduk
Kalbar atau sekitar 1,71 juta orang tinggal di kabupaten perbatasan.
Posisi Perbankan
Hilman Tisnawan mengakui, perbankan mempunyai peran dalam mendorong penggunaan rupiah di perbatasan.
"Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalbar juga terus
berupaya mendorong penggunaan rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah
perbatasan," ujar dia.
Sejumlah langkah yang telah ditempuh antara lain melakukan
sosialisasi dan kas keliling dengan jangkauan sampai di wilayah
perbatasan.
Sedangkan untuk optimalisasi pendistribusian uang rupiah yang layak edar di wilayah perbatasan, pihaknya juga
menjalin kerja sama penukaran uang dengan perbankan khususnya Bank Kalbar.
Ada tiga lokasi untuk optimalisasi penukaran uang di perbatasan
yakni Bank Kalbar KCP Seluas (perbatasan Jagoi Babang - Serikin), KCP
Entikong (perbatasan Entikong - Tebedu) dan KCP Badau (perbatasan Nanga
Badau - Lubuk Antu).
Selain pembawa perubahan, kehadiran perbankan di perbatasan juga dapat mendukung pertumbuhan keuangan di wilayah itu.
BI mencatat, di wilayah kabupaten perbatasan, total aset
perbankan pada periode April 2012 mencapai Rp5,28 triliun atau
15,44persen dari total aset perbankan Kalbar yang mencapai Rp34,19
triliun.
Pencapaian total aset tersebut didorong oleh jumlah penyaluran
kredit yang mencapai Rp3,94 triliun serta penghimpunan dana pihak ketiga
masyarakat yang mencapai Rp4,80 triliun.
Berdasarkan pencapaian tersebut, tingkat loan deposit ratio di
wilayah kabupaten perbatasan mencapai 89,13persen lebih tinggi
dibandingkan Kalbar yang sebesar 69,79persen.
Trend pertumbuhan ketiga indikator perbankan (total aset,
kredit dan dana pihak ketiga) selama 5 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan.
Total aset pada April 2012 tumbuh 21,38 persen secara tahunan,
sementara jumlah kredit yang disalurkan dan DPK tumbuh masing-masing
sebesar 28,84persen (year on year) dan 17,75persen (yoy).
Sedangkan dari sisi jaringan kantor, jumlah kantor bank di
wilayah kabupaten perbatasan mencapai 133 kantor, yang mencakup kantor
cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan kantor unit.
Namun dari jumlah tersebut, hanya terdapat dua bank (8 kantor),
yaitu Bank Kalbar Bank BRI yang memiliki jaringan kantor di wilayah
kecamatan yang berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak.
"Kami menyadari bahwa keberadaan perbankan di perbatasan
tersebut masih sangat terbatas mengingat kondisi infrastruktur di
perbatasan seperti jalan/aksesibilitas. Jaringan telekomunikasi masih
menjadi tantangan yang harus diselesaikan bersama guna mendorong
berkembangnya kegiatan investasi khususnya perbankan di perbatasan,"
kata Hilman Tisnawan.
(T011)
Rupiah dan Ekonomi Perbatasan
Minggu, 24 Juni 2012 20:07 WIB
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalbar juga terus berupaya mendorong penggunaan rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah perbatasan.