London (ANTARA Kalbar) - Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Belanda memberikan masukan kepada pemerintah RI agar tetap mencermati "good practices" (paraktik-praktik yang baik) yang dikembangkan sistem pendidikan Belanda dan mengharapkan mata pelajaran bahasa Inggris tetap dipertahankan dalam kurikulum SD.
Pemerintah Indonesia hendaknya juga mencermati good practices dari negara India dan Pakistan mendesain bahasa Inggris sebagai pelajaran yang diberikan sejak awal, demikian hasil dari forum diskusi diadakan Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda di Utrecht ¿ Belanda menyambut tahun batu 2013.
Ketua Bidang Media Informasi dan Komunikasi PPI Belanda, Ryvo Octaviano kepada ANTARA London, Minggu mengatakan forum diskusi yang digelar di Aula Stichting Generasi Baru, Utrecht, dihadiri tidak saja oleh pelajar Indonesia yang tengah menuntut ilmu tetapi juga masyarakat Indonesia di Belanda yang memberikan pandangan dan masukan terkait dengan rencana pemerintah memperbaiki kurikulum SD tahun 2013.
Dikatakannya forum mengapresiasi langkah pemerintah yang membuka peluang kepada publik untuk berpartisipasi pada pengambilan kebijakan kurikulum 2013 yang terkait dengan penambahan atau pengurangan jam pelajaran tertentu, serta konsep pembelajaran yang difokuskan dalam diskusi pada hanya empat pelajaran yaitu PPKn, matematika, IPA dan Bahasa Inggris.
Melihat keseriusan negara lain menanamkan pelajaran bahasa Inggris untuk siswanya, dan pentingnya bahasa Inggris, pemerintah perlu memastikan pelajaran ini sudah didapatkan siswa sejak awal SD, ujarnya.
Menurut Ryvo Octaviano, forum diskusi dalam pembahasannya lebih memfokuskan pada empat mata pelajaran yaitu PPKn, matematika, IPA dan Bahasa Inggris dan memandang bahwa pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk anak SD dapat dilebur bukan berarti forum tidak mendukung program pendidikan karakter, tetapi agar diskusi lebih fokus dibahas dalam diskusi hanya empat pelajaran.
Forum justru merekomendasikan agar pelajaran kewarganegaraan tidak bersifat doktrinal, melainkan lebih implementatif dan menggunakan pendekatan "heart touching" (sentuhan hati), karena mata pelajaran PPKn, selama ini hanya bersifat menghapal tidak menekankan implementasinya, untuk itu forum merekomendasikan Pemerintah mencermati good practices pendidikan yang dikembangkan di sistem pendidikan di Belanda.
Siswa SD di Belanda tidak diminta menghapal arti atau definisi kebaikan seperti tolong menolong atau membantu orang susah, namun langsung melakukan langkah konkrit. Seperti berkorespondensi dengan para veteran perang atau mereka yang kehilangan keluarga akibat korban perang dunia.
Siswa akan dapat merasakan bagaimana perasaan veteran kehilangan anggota tubuhnya, atau bagaimana perasaan masyarakat kehilangan keluarga akibat perang. Dengan berkomunikasi siswa belajar berempati secara langsung dan dengan bimbingan guru mengarahkan penggalangan dana untuk anak-anak yang orang tuanya korban perang.
Selain itu siswa diarahkan melakukan pekerjaan keterampilan seperti membuat kue untuk dijual kepada masyarakat dan uangnya disumbangkan untuk legiun veteran dan keluarga. Forum berpendapat, contoh yang baik yang dapat menjadi rujukkan sebagai ruh pelajaran kewarganegaraan tanpa harus melembagakannya dengan mata pelajaran PPKn.
Forum menilai siswa SD kerap mendapatkan repetisi pelajaran, karena kurikulum yang terlampau berat misalnya materi matematika-statistika. Mata pelajaran tersebut tidak dapat diberikan secara tuntas akibatnya materi yang sama kembali diulang dan akan terjadi repetisi di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk itu forum menyarankan agar konten kurikulum dievaluasi, dan materi yang dipandang dapat bersifat ulangan, akan time consuming, untuk itu dapat dihilangkan.
Sementara forum juga mengharapkan pemerintah tidak menghapus mata pelajaran IPA pada kurikulum anak SD, dan menganjurkan agar materi diberikan menggunakan pendekatan aspek eksperimental seperti bermain dengan alam atau alat peraga. Forum meyakini, hal ini akan bermanfaat bagi siswa karena dapat merangsang inquisitive minds (IM) -jiwa yang terusik untuk belajar dan mencari tahu ilmu yang dapat menanamkan minat terhadap sains.
Format serupa juga dilakukan Malaysia yang berdasarkan informasi yang diperoleh PPI Utrecht dari pelajar Malaysia di Belanda, diketahui kurikulum pendidikan Malaysia disusun pada zaman Mahathir Mohammad yang menekankan pendidikan bahasa Inggris, sehingga di Malaysia muncul adagium, siswa boleh gagal di semua pelajaran, namun tidak boleh gagal di bahasa inggris.
Forum menilai kesuksesan implementasi kurikulum tidak hanya bertumpu pada substansi kurikulum yang ada, tapi lebih kepada kualitas implementator di lapangan , oleh karena itu menyarankan kepada Pemerintah bahwa kualitas guru perlu diperhatikan.
Sementara itu buku pelajaran hendaknya berisi link atau informasi tentang pengetahuan yang bisa di dapatkan guru dan siswa dari internet, sebagai tambahan materi informasi, baik yang sifatnya hiburan informatif maupun sebagai materi. Demikian pandangan dan masukan pelajar dan masyarakat Belanda terhadap kebijakan kurikulum 2013 khususnya untuk sekolah dasar dan bermanfaat bagi masyarakat dan pembuat kebijaksanaan. (ZG)
(T.H-ZG)