Teheran (Antara Kalbar) - Rakyat Iran memperingati Revolusi yang menjatuhkan Syah dukungan Amerika dan memberi kekuasaan kepada ulama-ulama Islam pada tahun 1979.
Presiden Mahmoud Ahmadinejad berbicara dihadapan kerumunan rakyat di hari Minggu di Teheran, ibukota Iran.
Presiden Iran menyatakan Teheran tidak akan berunding mengenai persoalan program nuklirnya di bahwa tekanan negara Barat.
Namun, Ahmadinejad bersedia duduk di meja perundingan dengan musuhnya jika negara tersebut berhenti menodongkan senjata.
Amerika Serikat dan sekutunya mencurigai Iran mengembangkan persenjataan atom dan menggunakan program energi nuklir sipil untuk menyamarkannya. Tehran menolak dengan tegas tuduhan tersebut.
"Kalian tidak bisa menodongkan senjata sambil mengancam rakyat Iran agar mereka mau berunding," kata Ahmadinejad di depan ratusan ribu orang, yang berkumpul alun-alun Azadi (yang bermakna kebebasan).
"Perundingan tidak boleh digunakan sebagai alat untuk memaksakan pendapat seseorang. Jika kalian berhenti menodongkan senjata kepada rakyat Iran, saya pribadi akan datang untuk berunding," katanya.
Teheran mencari cara melepaskan diri dari berbagai hukuman, yang memukul ekspor minyak mentah sekaligus menurunkan nilai mata uang rialnya hingga setengah daripada tahun lalu. Itu memicu inflasi tinggi dan mmengurangi daya beli masyarakat biasa di negara tersebut.
Mengenai persoalan itu, Ahmadinejad dalam pidatonya mengatakan bahwa Iran akan bertahan di bahwa sanksi tersebut dengan meningkatkan ekspor mata dagangan non migas dan mengurangi ketergantungan pada pendapatan dari minyak mentah.
"Pada saat ini, musuh kita berusaha sekuat tenaga menekan bangsa Iran untuk menghentikan kemajuan, yang dicapainya, namun mereka tidak akan berhasil," katanya.
Pidato Ahmadnejad itu, yang sebagian menyinggung kebijakan luar negeri Iran terhadap negara musuh, disiarkan langsung stasiun televisi negara.
(Uu.Reuters/G005)
Rakyat Iran Peringati Revolusi Islam 1979
Senin, 11 Februari 2013 10:09 WIB