Pontianak (Antara Kalbar) - PT Tupperware Indonesia pada tahun 2013 kembali menggalakkan program "Aku Anak Sehat" (AAS) ke tujuh kalinya guna mengajarkan betapa pentingnya membawa bekal bersih, sehat dan bergizi melalui siswa, guru, kepala sekolah dan komite sekolah, sekaligus menerapkan semangat siswa menjadi "anak jempolan".
Manajer Komunikasi PT Tupperware Indonesia, Umayanti Utami, di Pontianak, Sabtu, mengatakan pada tahun ini program AAS menggelar seminar yang melibatkan guru, kepala sekolah, dan komite sekolah dari sedikitnya 600 SD.
"Dengan dengan tambahan "roadshow" ke Kota Solo dan Pontianak, tahun ini menjangkau lebih dari 100 ribu siswa. Sehingga sejak program ini diluncurkan dari 2007 hingga 2012 diperkirakan sudah menjangkau 206.290 siswa," katanya.
Sebagai bentuk nyata kepedulian PT Tupperware Indonesia terhadap kebersihan dan kesehatan anak-anak di lingkungan sekolah, dalam rangka program AAS, perusahaan ini memberikan satu wastafel, tiga set tempat sampah basah dan kering, serta dua poster pendidikan kepada SD yang mendapatkan kunjungan program AAS.
Menurut Umayanti, tujuan menggalakkan program itu dari tahun ke tahun demi mendukung bekal masa depan yang gemilang bagi anak dengan asupan yang bersih, sehat dan bergizi, sehingga anak tersebut menjadi "anak jempolan".
Ia menambahkan, kampanye "anak jempolan" pada tahun ini, menjadi pembeda dari Program AAS yang selalu diadakan sejak tujuh tahun lalu. Targetnya akan ada sekitar 1.800 anak jempolan dari seluruh SD yang disosialisasikan.
Diharapkan dari program ini setiap anak dapat menularkan semangat membawa bekal di antara teman sekelasnya di lingkungan sekolahnya. "Dan nantinya selama 10 hari setelah sosialisasi, kami akan melakukan kontes membawa bekal bersih, sehat dan bergizi untuk kemudian memilih `anak jempolan` dari masing-masing kelas," katanya.
Pemenang anak jempolan akan menerima tropi, sertifikat anak jempolan, serta paket dari PT Tupperware Indonesia.
Sementara itu, Staf Ahli Menko Kesra bidang MDGs Rachmat Sentika mengatakan menjaga pola makanan pada anak dapat dimulai dengan memberikan bekal di sekolah. "Paling tidak menunya harus bersih, sehat, dan bergizi dengan unsur yang terkandung yakni menu sehat dan berimbang," katanya.
Karena dengan gizi yang cukup, menurut dia, dapat memacu konsentrasi anak ketika mereka sedang dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Ia mengatakan berdasarkan penelitian Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kurang dari 20 persen anak membawa bekal ke sekolah. Selebihnya yakni 60 persen anak jajan di sekolah dan sisanya tidak jelas. Uang jajan setiap hari anak-anak berkisar Rp200 - Rp5.000
Padahal sepertiga dari jajanan sekolah itu tidak layak karena mengandung zat yang ditambahkan adiktif, pengawet, formalin, rhodamin, dan lain-lain. "Sehingga warna makanan aneh-aneh yang semestinya bisa diambil dari warna tomat, wortel, dan lainnya," katanya.
Ia mengingatkan pentingnya menanamkan dalam diri orangtua mengenai bahayanya jajanan yang dikonsumsi anak. "Perlu diperhatikan gizi anak ke depan supaya menjadi anak Indonesia yang `T O P B G T` (top banget, red)," katanya.
Menurut spesialis anak dari IDAI itu, Pemerintah Indonesia kini sedang menyiapkan generasi yang siap menghadapi tahun 2045. "Generasi emas yang saat ini berusia 1-18 tahun. Mereka akan menjadi pemimpin di tahun 2045," katanya.
Namun faktanya dari penelitian ada 17,9 persen anak Indonesia memiliki gizi kurang, ada 5,4 persen mengalami gizi buruk dan ada 3,6 persen berpostur tubuh pendek. Jadi ada sekitar seperempat atau 24 persen anak yang tidak muncul menjadi generasi emas. ***4***
(N005)
(T.N005/B/Z004/Z004) 16-03-2013 17:28:17
Tupperware Galakkan Program 'AAS - Anak Jempolan' di Pontianak
Sabtu, 16 Maret 2013 17:28 WIB