Tim survai menemukan jejak kaki di tanah, bekas kubangan, bekas gigitan dan pelintiran pada pucuk tanaman di kabupaten yang jauhnya 250 km barat laut Balikpapan itu.
"Penemuan ini sangat menggembirakan karena badak sumatera di Kalimantan terakhir dilacak keberadaannya di awal tahun 90-an," kata Bambang Novianto, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Kementerian Kehutanan.
Setelah itu badak sumatera di Kalimantan dianggap punah karena tidak pernah lagi terdeteksi keberadaannya.
"Penemuan ini sangat penting bagi dunia, khususnya bagi konservasi Indonesia, sebab ini menjadi pencatatan baru keberadaan badak di Kalimantan Timur, khususnya di wilayah Kubar," sambung Novianto.
IUCN (International Union for Conservation of Nature) telah mengklasifikasikan Badak Sumatera ini dalam kategori kritis (Critically Endangered).
Sebab itu, disampaika Nazir Foead, Direktur Konservasi WWF-Indonesia temuan ini membawa kabar gembira dan menjadi momen penting sejak dicanangkannya Tahun Badak Internasional pada 5 Juni 2012 lalu oleh Presiden Susilo Yudhoyono.
Desmarita Murni, juru bicara WWF-Indonesia dalam siaran persnya yang disampaikan Kamis (28/3) malam, tim menemukan jejak badak ini saat melakukan monitoring orangutan beberapa lama sebelum survai di bulan Februari.
Tim jua menemukan bekas gesekan tubuh badak pada pohon, gesekan cula pada dinding kubangan, dan mengidentifikasi ketersediaan pakan badak yang berlimpah dan bervariasi.
"Ada lebih dari 30 spesies tumbuhan pakan," sambung Desmarita Murni. Menurut beberapa ahli badak di WWF-Indonesia dan ahli dari Universitas Mulawarman Dr Chandradewana Boer, dipastikan spesies tersebut adalah badak sumatera.
Temuan survei tersebut juga didukung data historis sebaran badak sumatra di Kalimantan yang sudah terdokumentasi sebelumnya. Namun demikian belum diketahui berapa ekor badak yang teridentifikasi melalui temuan jejak tersebut.
(Ant News)