Jakarta (Antara Kalbar) - "Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika sudah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Itulah sepenggal sumpah yang diucapkan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi Patih Amangkubhumi Majapahit pada 1336 M, yang menjadi simbol cita-cita bersatunya nusantara yang agung.
Cita-cita mulia itu bahkan tetap sesuai dengan kondisi saat ini di mana nusantara tetap menginginkan suatu konektivitas yang utuh dan solid untuk menunjang kesejahteraan masyarakatnya.
Karena itu, menghidupkan semangat Sumpah Palapa menjadi suatu keniscayaan dan jika pembangunan infrastruktur fisik belum memungkinkan maka konektivitas dalam hal Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK) adalah kesempatan pertama yang bisa dilakukan.
Demi menghidupkan semangat sumpah itu, maka proyek Palapa Ring itu kemudian dihadirkan.
Proyek Palapa Ring memiliki nilai sangat strategis untuk mempercepat pembangunan prasarana telekomunikasi di wilayah Indonesia Bagian Timur.
Selama ini, pengembangan sektor telekomunikasi di Indonesia bagian Timur memang tidak mudah, selain karena wilayah yang sangat luas, juga karena kondisi kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil.
Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Gatot S. Dewa Broto mengatakan Proyek Palapa Ring merupakan proyek yang sangat strategis karena menjadi titik tolak pembangunan tulang punggung atau "backbone" serat optik yang terdiri atas 35.280 kilometer serat optik bawah laut, dan 21.708 kilometer serat optik bawah tanah dengan investasi yang dibutuhkan sebesar 180,4 juta dolar AS atau sekitar Rp1,75 triliun.
"Proyek ini membentuk tujuh cincin melingkupi 33 provinsi dan 460 kabupaten di seluruh Indonesia. Jaringan yang akan terintegrasi dengan infrastruktur di Indonesia bagian Barat ini menjadi tumpuan operator telekomunikasi dan pengguna jasa telekomunikasi yang membutuhkan transfer data dan internet dalam kecepatan tinggi atau pita lebar," kata Gatot.
Para anggota Konsorsium Palapa Ring ini awalnya terdiri dari tujuh perusahaan, namun karena alasan krisis global anggotanya tinggal menyisakan tiga peserta yaitu Telkom, Indosat dan Bakrie Telecom.
Konsorsium Palapa Ring ini membangun serat optik mulai awal 2011 dari Manado, Ternate, Sorong, Ambon, Kendari hingga Makassar.
Adapun jaringan yang dibangun yaitu Manado-Bitung (58 km), Bitung-Ternate (303,3 km), Ternate-Sorong (658,5 km), Sorong-Ambon (722,8 km), Ambon-Kendari (778,5 km).
Selanjutnya Kendari-Kolaka (192 km), Kolaka-Watampone (156,3 km), Watampone-Bulukumba (157 km) dan Bulukumba-Makassar (194 km).
Menurut dia, keberadaan "backbone" serat optik yang terintegrasi saat ini sangat mendesak, terutama di wilayah Indonesia bagian Timur.
"Palapa Ring setidaknya akan memperkuat dan memudahkan berbagai layanan telekomunikasi di wilayah Indonesia Timur," katanya.
Kehadiran Palapa Ring juga diharapkan akan mengurangi kesenjangan digital atau "digital devide" di antara masyarakat, khususnya di kota-kota kecil yang selama ini tidak memiliki jaringan pita lebar.
Selain itu, Palapa Ring juga diharapkan akan meningkatkan jumlah titik akses ke jaringan pita lebar, mendukung peluang persaingan dan prospek bisnis di wilayah-wilayah terbelakang di Indonesia, serta menyediakan komunikasi yang lebih efisien, aman dan berdaya jangkau luas bagi sektor publik maupun pemerintahan termasuk militer, polisi, meteorologi, pencegahan krisis, dan pelanggan korporat dan rumah tangga.
Di samping diharapkan mampu mengurangi biaya komunikasi di dalam wilayah-wilayah yang tercakup serta mendorong penggunaan akses pita lebar, serta memenuhi kebutuhan telekomunikasi saat ini dan mendatang yang tergantung pada jaringan pita lebar.
33 Provinsi
Kemenkominfo menargetkan penetrasi proyek Palapa Ring telah mencapai 33 ibu kota provinsi dalam satu tahun ke depan.
Menkominfo Tifatul Sembiring mengatakan sampai saat ini sudah 28 ibu kota provinsi yang telah terjangkau proyek ini.
Kelima ibu kota provinsi yang belum terjangkau yakni Jayapura (Papua), Manokwari (Papua Barat), Ternate (Maluku Utara), Kendari (Sulawesi Tenggara) dan Ambon (Maluku).
Tifatul menjelaskan, diharapkan pada tahun ini kelima ibu kota provinsi tersebut telah terjangkau proyek ini.
"Intinya, diperlukan kerja sama semua pihak baik itu akademi, operator, pemerintah maupun komunitas agar proyek ini sukses," kata Tifatul.
Menteri mengatakan, jika proyek Palapa Ring telah rampung dilaksanakan, akan ada proyek selanjutnya untuk melanjutkan penetrasi "broadband" hingga ke tingkat kabupaten/ kota maupun pedesaan.
"Palapa ring ini ibaratnya jalan tol. Jika sudah rampung, jalan ke kampungnya tentu harus dibangun," kata Tifatul.
Sementara itu, Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kemkominfo Muhammad Budi Setiawan mengatakan, proyek Palapa Ring akan menggunakan dana Universal Service Obligation (USO).
Dana USO merupakan istilah untuk dana yang ditarik dari pendapatan operator sebesar 1,25 persen dari total pendapatan setahun. Dana tersebut diperkirakan nilainya sekitar Rp1,5 triliun per tahun.
"Dana sebesar itu tidak langsung habis dalam satu tahun. Saat ini angkanya kemungkinan mencapai Rp5-Rp7 triliun," katanya.
Budi menambahkan, penggunaan dana USO untuk pembangunan jaringan fiber optik telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Keuangan.
Dana USO pun dikelola oleh Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) dengan sistem Badan Layanan Umum.
"Intinya izin dari Kementerian Keuangan untuk menggunakan dana USO sudah turun Desember 2012," katanya.
Telkom Memulai
Telkom sendiri akan memulai pembangunan proyek Palapa Ring Indonesia Timur pada Juni mendatang.
Jaringan "broadband" berbasis fiber optik ini akan dibangun mulai dari Sulawesi, Maluku, dan Papua.
"Semester ini, yakni pada bulan Juni, kami akan 'ground-breaking' atau peletakan batu pertama mulai dari Sulawesi, Maluku, Papua," kata Direktur Utama Telkom, Arief Yahya.
Sampai 2015 Telkom akan mengucurkan investasi sebesar 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp29,1 triliun yang akan digunakan untuk menyambung 15 juta sambungan serat optik di wilayah Indonesia bagian Timur dalam rangka proyek Palapa Ring.
Rencananya, pada 2013 akan dikerjakan empat juta sambungan, 2014 akan dikerjakan lima juta sambungan, dan pada 2015 akan disambungkan enam juta sambungan serat optik.
Direktur Konsumer Telkom, Sukardi Silalahi, mengatakan, pihaknya melihat bahwa Proyek Palapa Ring merupakan proyek dalam rangka membangun Indonesia menuju National Broadband Network (NBN).
"Targetnya, pada 2015 seluruh wilayah Indonesia sudah bisa saling terhubung dan terkoneksi. Tak hanya jaringan 'broadband' Palapa Ring yang akan dibangun Telkom," katanya.
Perusahaan pelat merah itu juga akan meluaskan titik akses titik WiFi. Saat jni, Telkom mempunyai 45.000 titik, yang nantinya akan diperluas hingga sejuta WiFi pada 2015.
"Kami akan membangun di daerah publik seperti di sekolah, rumah sakit, dan daerah pariwisata," kata Sukardi Silalahi.
Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan Eddy Cahyono Sugiarto dalam kajiannya menyebutkan konektivitas nasional akan meningkatkan daya saing.
"Penguatan Konektivitas Nasional yang efisien dan efektif merupakan salah satu strategi yang ditempuh dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, MP3EI," katanya.
Menurut dia, konektivitas nasional mencerminkan penyatuan empat elemen kebijakan nasional yakni Sistem Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).
Cahyono menggarisbawahi bahwa TIK memang salah satu kunci. Sektor itu harus dibangun demi menuju kebangkitan semangat Sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada menuju Nusantara yang terkoneksi dengan kesejahteraan yang merata.
Artikel - Mewujudkan Semangat Konektivitas Sumpah Gajah Mada
Minggu, 12 Mei 2013 13:53 WIB