Pontianak (Antara Kalbar) - Staf Khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), Daniel Johan mengatakan, dibutuhkan upaya segera untuk membenahi sektor pertanian jeruk Sambas yang tengah mengalami serangan hama.
"Kalau tidak segera diatasi, akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat Sambas," kata Daniel Johan saat dihubungi dari Pontianak, Rabu.
Ia mengungkapkan, saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sambas guna melihat perkembangan program Bedah Desa KPDT, ditemukan sejumlah fakta.
Menurut dia, sekitar 65 persen dari kisaran 80 ribu hektare lahan pertanian jeruk Sambas rusak diserang hama. Padahal, lanjut dia, salah satu pendapatan terbesar masyarakat Sambas berasal dari jeruk.
"Bila petani jeruk tidak segera diselamatkan, maka pendapatan dan daya beli masyarakat Sambas akan anjlok. Ini sangat mempengaruhi meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran maupun turunnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Sambas," kata dia.
Daniel Johan menambahkan, antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat khususnya petani jeruk harus segera merumuskan bersama jalan keluarnya.
Ia menilai ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan para petani jeruk tersebut. Misalnya dengan perencanaan rehabilitasi yang dilakukan dengan baik dan terukur. Kemudian, membatasi impor jeruk sehingga harga jeruk lokal dapat terjamin dan produksi meningkat.
"Rehabilitasi termasuk bagaimana mengatasi hama, melakukan pembibitan dan penanaman kembali, maupun diversifikasi tanaman lain bagi yang tanahnya tidak mungkin ditanami jeruk dalam waktu singkat," ujar Daniel Johan yang juga Wasekjen DPP PKB itu.
Pada bulan Mei lalu, tercatat ada impor Jeruk Ponkam sebanyak 200 kontainer di Surabaya. Impor itu membuat petani jeruk di seantero Indonesia baik Sambas, Brastagi, Banyuwangi, dan Palembang, terpukul.
"Bila Indonesia ingin mengatasi kemiskinan maka petani harus dilindungi karena mayoritas masyarakat kita adalah petani. Meningkatnya kesejahteraan dan daya beli petani akan meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat" ujar dia.
Ia mengatakan, kalau jeruk Sambas tumbuh pesat, akan menimbulkan dampak turunan. Mulai dari pembuat peti kemas, keranjang jeruk, buruh pikul, usaha transportasi, pedagang pupuk, pedagang jeruk, dan seterusnya, akan ikut sejahtera. "Kalau sebaliknya, maka rangkaian turunannya juga akan hancur. Padahal masyarakat Sambas bisa sekolah, bisa naik haji, bisa memperbaiki rumahnya, semuanya dari jeruk" kata Daniel Johan.
Ia mengingatkan, sudah sepatutnya anak bangsa wajib memajukan semua produk lokal pertanian kita. "Sudah saatnya kita tidak hanya bisa impor dalam memenuhi kebutuhan rakyat, tapi sebaliknya harus mampu ekspor memenuhi pasar luar negeri setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi. Hanya dengan memajukan produk lokal Indonesia bisa menjadi bangsa yang mandiri dan sejahtera," katanya menegaskan.
Jeruk Sambas harus diakui termasuk yang terkenal di Indonesia dari Kalbar. Selain jeruk, Kalbar juga terkenal dengan pisang goreng pontianak. Di beberapa daerah, jeruk Sambas dikenal sebagai jeruk Pontianak mengingat Pontianak sebagai ibu kota Kalbar.
Jeruk Sambas sempat mengalami kehancuran pada era Orde Baru Presiden Soeharto ketika terbit peraturan tataniaga jeruk yang dilakukan oleh Tommy Soeharto saat itu.
Di era Bupati Sambas Burhanuddin AR, kejayaan jeruk Sambas perlahan terulang. Namun, serangan hama secara periodik yang kurang diantisipasi dengan baik, membuat puluhan ribu hektare lahan jeruk yang terkena imbas. Tekanan terhadap petani jeruk semakin bertambah seiring impor buah yang masih terbuka.
Daniel Johan : Selamatkan Petani Jeruk Sambas
Rabu, 5 Juni 2013 16:27 WIB