Bogor (Antara Kalbar) - Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Badan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Yeyen Maryani mengatakan beberapa bahasa daerah di Indonesia saat ini tengah mengalami ancaman kepunahan.
"Ada di daerah NTT dan Maluku dua sampai tiga bahasa daerahnya di laporkan punah," kata Yeyen Maryani dalam acara Deklarasi Prosa Liris yang diselenggarakan oleh Griya Sastra Budaya Obor (BSBO) di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu.
Dijelaskan punah yang dimaksud adalah jumlah penutur bahasa yang mengalami penuruan atau sudah tidak ada lagi, sehingga tidak ada lagi yang menggunakannya.
Selain di NTT dan Maluku, bahasa daerah di Papua juga mengalami ancaman kepunahan.
Beberapa penyebab kepunahan tersebut, lanjut Yeyen disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adanya bencana, kejadian perang dan perkawinan campuran.
Dikatakannya berdasarkan data dari Summer Linguistic Indonesia memiliki 746 bahasa daerah. Dari jumlah tersebut beberapa sudah ada yang punah seperti yang ada di NTT, Maluku dan juga Papua.
"Dari 746 bahasa daerah itu, beberapa persen masih aktif digunakan, cuma ada beberapa bahasa daerah yang penuturnya sudah berkurang jumlahnya," katanya.
Menurut Yeyen jumlah bahasa daerah di Indonesia lebih dari data yang dihasilkan summer linguistic. Contohnya di Papua memiliki 400 bahasa daerah yang beragam.
Oleh karena itu lanjut Yeyen Badan Bahasa Kemendibud masih melakukan pengkajian untuk mendata jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Yeyen mengatakan Badan Bahasa Kemendikbud saat ini tengah melakukan penelitian untuk pemetaan bahasa dan membuat peta bahasa, sebagai data untuk keberlangsungan bahasa daerah di Indonesia.
Upaya lainnya lanjut Yeyen adalah perlindungan bahasa dengan menginventarisasi kosa kata bahasa daerah.
"Karena kosa kata itu penting ketika kita punya kosa kata kita akan punya khazanah, dan ini kita bukukan dan domumentasikan," ujarnya.
Yeyen menambahkan upaya lainnya dengan memasukan pelajaran bahasa daerah dalam pendidikan melalui pembelajaran muatan lokal.
(Feru Lantara)