Pontianak (Antara Kalbar) - Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalimantan Barat Dwi Listyawardani mengingatkan orangtua agar jangan mengabaikan hak anak untuk mendapatkan kasih sayang, dan penyiapan dini yang berkualitas.
"Ada masa periode emas yang tidak mungkin terulang kembali dalam diri seseorang, yakni mulai dibentuk dalam kandungan hingga usia lima tahun," kata Dwi Listyawardani di Pontianak, Minggu.
Menurut dia, sejak masa itu, kecerdasan fisik dan mental, mulai dibentuk. Kondisi itu akan sulit terbentuk secara maksimal kalau bayi sejak lahir sudah kurang gizi sehingga hasilnya tidak berkualitas.
Ia mengatakan, salah satu upaya untuk mengoptimalkan masa periode emas adalah dengan mengatur jarak kelahiran sehingga orang tua dapat fokus memberi perhatian ke anak.
"Jadi, orangtua bisa mengasuh sebaik-baiknya. Setelah anak berusia cukup besar, baru diberi adik lagi," ujar dia.
Ia mengakui ada anggapan sebagian orangtua agar sekalian lelah mengurus anak yang jarak lahirnya berdekatan. Setelah itu, lanjut dia, baru menggunakan alat kontrasepsi.
"Artinya, orangtua hanya mementingkan dirinya sendiri, yang egois orangtua," katanya.
Dwi Listyawardani menambahkan, hingga usia enam bulan, bayi sebaiknya diberi ASI ekslusif. Kemudian, hingga usia dua tahun diberi makanan pendamping ASI. "Setidaknya, ada jeda waktu tiga tahun sebelum mendapat adik baru," kata dia.
Ia menjelaskan, perlindungan terhadap anak tidak sekedar dari upaya kekerasan fisik. "Tetapi, anak juga berhak mendapat kasih sayang yang maksimal," kata mantan Sekretaris Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur itu.
Selama masa periode emas tersebut, sel otak anak tumbuh dengan pesat. "Kalau penanganan tidak maksimal, kita bisa kehilangan periode emas tersebut," ujar dia.
Jadi, lanjut dia, program KB tidak hanya sekedar menggunakan alat kontrasepsi, tetapi juga untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
"Pernahkan kita membayangkan, ketika anak-anak saat ini berada di usia produktif, tetapi tanpa penanganan yang maksimal saat periode emas, mampukah mereka bersaing di era yang sedemikian ketat di masa mendatang," kata Dwi Listyawardani.
Namun, ia mengingatkan, itu semua menjadi tanggung jawab semua bukan hanya pemerintah.