Beijing (Antara Kalbar/Xinhua-OANA) - Pemerintah China menghadapi tugas berat, sebab sebanyak 30 persen warganya --400 juta orang-- tak bisa berbicara dalam bahasa Mandarin, itu lah pengakuan Kementerian Pendidikan di Beijing, Kamis.
Meskipun sisa 1,3 miliar orang China mampu berkomunikasi dalam bahasa Mandarin, yang juga dikenal sebagai "putonghua", sangat banyak di antara mereka tak bisa bertutur dengan bahasa itu secara baik, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis petang. Dan Negeri Tirai Bambu tersebut masih perlu menanam modal dalam peningkatan bahasa Mandarin, kata Xu Mei, wanita Juru Bicara Kementerian Pendidikan-- di dalam satu taklimat.
Pemerintah telah melancarkan kegiatan guna mendorong bahasa Mandarin dalam pekan ketiga September setiap tahun sejak 1998.
Tahun ini, kementerian itu memusatkan perhatian pada daerah pinggiran terpencil dan daerah yang dihuni oleh suku minoritas, kata Xu.
Bahasa Mandarin --"bahasa percakapan Utara" atau "dialek Utara"-- adalah dialek Bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang wilayah utara dan barat-daya Republik Rakyat China. Menurut id.wikipedia.org., kata "Mandarin", dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah China yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori bahasa Tionghoa lisan.
Dalam pengertian sempit, Mandarin --Putonghua-- dan Guoyu merupakan dua bahasa standard yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua. Putonghua adalah bahasa resmi China dan Guoyu adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua -- yang biasanya malah disebut Huayu-- juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura.
Dalam pengertian luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harfiah berarti "bahasa percakapan Utara"), yang merupakan sebuah kategori luas yang mencakup beragam jenis dialek percakapan yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat-daya China.
(Chaidar)