Jakarta (Antara Kalbar) - Aktivis perempuan Gefarina Djohan menilai seorang pemimpin yang membanggakan poligami di hadapan rakyat adalah perbuatan yang kontraproduktif dengan upaya mendorong kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.
Gefarina di Jakarta, Sabtu, mengatakan poligami itu tradisi jahiliyah sebelum datangnya Islam, pada masa itu para lelaki kaya di Arab mengawini sampai ratusan orang perempuan.
Islam, lanjutnya, mengeluarkan aturan untuk mereduksi praktik tersebut dengan membatasinya menjadi empat orang, tapi esensi sesungguhnya bukan jumlahnya, tetapi sikap adilnya.
Karena itu, menurut dia, untuk seorang pemimpin atau wakil rakyat, mempropagandakan poligami lewat sikapnya di hadapan publik adalah sebuah langkah yang tercela.
Bagaimana pun, lanjutnya, perempuan yang pada tahun 2005 menjadi penerima Madeline K Albright Award ini, milih beristeri satu orang lebih baik karena Islam menekankan keadilan.
Menurut dia, jika ada seseorang mengatasnamakan Islam untuk melakukan poligami, berarti dia tidak memahami Islam sepenuhnya.
Gefarina meyakini perempuan yang cerdas tidak akan mempercayakan suaranya kepada seorang pemimpin atau wakil rakyat propoligami.
"Pemilih sekarang cerdas, terutama perempuan. Tahun 2010 saja, komposisi penduduk kita 49 persen perempuan dan 51 persen laki-laki, ini kan cukup signifikan dan pemilih laki-laki juga tidak semuanya mendukung poligami," ujar Gefarina.
Pemimpin Poligami Dukung Tradisi Jahiliyah
Sabtu, 4 Januari 2014 21:57 WIB