Jakarta (Antara Kalbar) - Pakar politik Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Azyumardi Azra mengatakan pemilih Muslim pada masa kini semakin rasional dan independen sehingga pertimbangan idealistik dan ideologis dalam memilih tidak lagi dominan.
"Para pemilih kita, termasuk Muslim, semakin rasional dan independen. Kini sudah jarang yang mengikuti pilihan kiainya misalkan," ujar Azra yang hadir sebagai salah satu pembicara dalam pemaparan hasil survei Lembaga Penelitian CIRUS tentang Proyeksi Partai Islam dan Bakal Calon Presiden dari Partai Islam di Jakarta, Minggu.
Oleh karena itu, Azra mengaku tidak kaget dengan perkiraan total suara nasional seluruh Parpol Islam hanya sebesar 24,67 persen saja berdasarkan hasil survei proyeksi Parpol Islam yang dirilis CIRUS.
"Sejarah Parpol Islam mendapat suara terbanyak itu pada Pemilu 1955, kala itu masih ada Masyumi, Nahdlatul Ulama dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) di Pemilu," kata Azra yang juga hadir sebagai pembicara dalam paparan hasil survei CIRUS tersebut.
Kemudian selama 1971-1997, parpol Islam yang waktu itu diwakili oleh PPP saja mendapat kisaran suara antara 16-29,9 persen.
Sementara Pemilu 1999 dan 2004 perolehan total suara Parpol Islam melebihi 35 persen, masing-masing 37,59 persen dan 38,54 persen.
Akan tetapi jumlah tersebut menurun jauh pada Pemilu 2009 yang hanya mencapai 25,94 persen.
"Tidak berbeda jauhnya proyeksi perolehan suara tersebut memperlihatkan Parpol Islam mengalami stagnasi," katanya.
Selain itu, Azra menilai setelah kejatuhan rezim Presiden Soeharto terdapat tren perjuangan politik yang cenderung menuju arah oportunistik ketimbang ideologis.
"Ini terkait erat dengan perkembangan Indonesia pasca 90-an, yang melunturkan politik aliran. Antara lain disebabkan perubahan sosiologis keagamaan di Indonesia berkat meningkatnya pendidikan dan mobilitas ekonomi," ujarnya.
"Selain itu, Islam di Indonesia sudah tidak lagi menjadi bagian dari politik identitas," kata Azra menambahkan.
Sementara itu CIRUS memproyeksikan suara gabungan secara keseluruhan dari lima partai politik peserta Pemilu 2014 yang berbasis pemilih Muslim atau Parpol Islam maksimal hanya akan mencapai 25 persen saja.
"Kurang lebih maksimal keseluruhan sekira 25 persen saja, tidak akan beranjak jauh dari perolehan lima parpol Islam itu di 2009 lalu," kata Direktur Eksekutif CIRUS, Andrinof A Chaniago.
Kelima parpol yang diidentifikasikan sebagai parpol Islam atau berbasis pemilih Muslim adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Pada Pemilu 2009 lalu, secara total perolehan suara kelima partai tersebut berdasarkan penghitungan akhir Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya mencapai 25,94 persen suara sah nasional, dengan rincian PKS sebanyak 7,88 persen, PAN (6,01 persen), PPP (5,32 persen), PKB (4,94 persen) dan PBB (1,79 persen).