Jakarta (Antara Kalbar) - Tokoh Partai Golkar Ais Anantama Said menyatakan, kepengurusan DPP Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie telah gagal membawa partai ini menang pemilu dan dalam menjalin koalisi dengan partaipolitik lain untuk menghadapi pemilihan presiden mendatang.
Ais kepada pers di Jakarta, Selasa mengemukakan, kegagagalan demi kegagalan dialami Golkar selama kepemimpinan Aburizal Bakrie atau Ical. Dalam pemilu legislatif, perolehan Golkar jauh dari target dan terakhir dalam menjalin koalisi, Golkar gagal menempatkan kadernya sebagai capres maupun cawapres.
Penegasan tersebut disampaikan Golkar Ais Anantama Said menanggapi situasi yang dialami Golkar saat ini.
Ironis, kata Ais, partai pemenang kedua di pemilu hanya jadi pelengkap pasangan capres-cawapres lain. Karena itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban, Ical harus "legowo" (ikhlas) mundur dari kursi Ketua Umum DPP Golkar.
Ais meminta semua pimpinan dan kader bangkit menyatukan potensi kebesaran partai ini dengan mencari pemimpin yang lebih mampu serta mumpuni dan itu bukan lagi dari kalangan pengusaha yang terbukti gagal.
Sebaiknya, Golkar mencari tokoh berlatar belakang TNI atau dahulu ABRI seperti dulu. Saat ini Luhut Panjaitan yang duduk di posisi Dewan Pertimbangan Golkar.
"Karena gagal dalam memimpin Golkar, Ical harus mundur dan tak perlu tunggu munas, apalagi munaslub. Angkat saja pelaksana tugas ketua umum atau pejabat ketua umum sementara. Biaya untuk munaslub bisa untuk kepentingan organisasi atau bahkan disumbangkan ke fakir miskin saja," ujar Ais.
Kegagagalan kepemimpinan Ical menyebabkan Golkar terbelah dua. Ada yang menyebut Golkar tulen, yang benar-benar menjalankan ruh Golkar, apalagi di kepengurusan Ical saat ini ada puteri mantan Ketua Dewan Pembina Golkar, yaitu Titiek Soeharto. Selain itu, Golkar di bawah Ical yang selalu mengikuti apa yang diinginkan Ical.
"Dan terbukti Golkar di bawah Ical gagal, maka Golkar tulen pun lari mendukung Jokowi dan juga Prabowo," katanya.
Sudah lama diperkirakan
Sebenarnya, kata anggota DPR hasil pemilu 1997 ini, kegagalan Golkar dalam pemilu legislatif dan pilpres 2014 sudah diperkirakan lama oleh tokoh tokoh Golkar. Indikasinya kino-kino seperti MKGR,Soksi yang tidak jalan dan model kepemimpinan yang diterapkan Ical yang cenderung menyebabkan Golkar gagal meraih suara signifikan dalam pemilu.
Menurut dia, nasihat dan saran para tokoh Golkar diabaikan Ical. Ais berharap pimpinan Partai Golkar saat ini tidak main pecat atau sanksi kepada kader yang ingin maju lewat partai lain.
"Jika main paksa, sebaliknya mereka yang harus angkat koper dari Golkar," katanya.
Dia juga mengatakan, situasi ini menjadi pelajaran ke depan. Jajaran pengurus Partai Golkar tidak boleh lagi diisi kader karbitan atau bajakan. Proses kaderisasi harus diefektifkan agar yang berjuang membesarkan partai mendapat kehormatan
Mantan pengurus DPP Golkar era kepemimpinan Harmoko ini mengungkapkan keprihatinnnya karena mendengar sendiri bahwa partai yang telah lama berkuasa dan pernah menang dalam pemilu selama masa reformasi pemilu (2004) dan tidak pernah berada di urutan ketiga, apalagi bawah, menjadi olok-olok kalangan politisi partai lain dan juga media.
"Golkar partai besar. Pimpinan dan kadernya dinilai hebat-hebat. Tapi sekarang.. Saat didekati oleh partai lain memilih menjauh, saat dijauhi malah kepikiran sendiri," katanya.